Di tengah perdebatan global tentang masa depan mata uang digital, Project Garuda—inisiatif Rupiah Digital (RD) oleh Bank Indonesia (BI)—telah menegaskan posisinya. Alih-alih diposisikan sebagai pesaing, CBDC (Central Bank Digital Currency) ini justru dipandang sebagai infrastruktur dasar yang siap menstabilkan, memperdalam, dan membuka jalan bagi era Decentralized Finance (DeFi) berbasis Rupiah di Indonesia.

Pertumbuhan pasar kripto yang eksplosif menjadi latar belakang utama. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2025 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 18,6 juta investor terdaftar dengan volume transaksi tahun berjalan (YTD) mencapai Rp409 triliun. Angka ini menuntut adanya sistem settlement yang lebih efisien dan terintegrasi.

Pilar Project Garuda: Stabilitas Uang Bank Sentral

Project Garuda dibangun atas janji stabilitas yang tidak dapat ditawarkan oleh aset kripto swasta:

1. Nol Risiko Default: Rupiah Digital adalah kewajiban langsung Bank Indonesia, menjadikannya bentuk uang yang paling aman di era digital. Nilai tukarnya dijamin 1 RD = 1 Rupiah Fiat konvensional.
2. Efisiensi Wholesale: Fase awal RD berfokus pada Wholesale Digital Rupiah (w-RD), yang akan digunakan antar bank untuk settlement dan transfer dana antar institusi. PoC (Proof of Concept) w-RD telah diselesaikan oleh BI, dan tahapan implementasi penuh diproyeksikan berlanjut hingga 2029–2030.
3. Memperkuat Kepatuhan: Dengan RD, settlement dapat terjadi secara atomik dan instan, mengurangi kebutuhan akan perantara dan meningkatkan transparansi.

Mengapa RD Justru Menjadi Katalis DeFi

Meskipun RD adalah mata uang terpusat, kehadirannya sangat krusial untuk mendorong inovasi DeFi lokal, terutama dalam hal likuiditas dan kepercayaan:

Integrasi Pajak, Menuju Kepatuhan Digital Otomatis

Keuntungan lain dari RD adalah perannya dalam memodernisasi sistem pajak. Dengan volume transaksi kripto mencapai Rp409 triliun, pemerintah telah fokus pada optimalisasi penerimaan.

Integrasi RD ke dalam transaksi on-chain memiliki potensi besar untuk:

• Pelaporan Otomatis: Transaksi yang dilakukan menggunakan Rupiah Digital melalui platform yang terdaftar dapat secara otomatis terekam dan dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP), menyerupai mekanisme pemotongan pajak yang sudah ada.
• Optimalisasi Penerimaan: Mekanisme ini memastikan pemungutan PPh dan PPN final (sesuai PMK No. 68/2022) berjalan efisien, yang telah menghasilkan penerimaan pajak Rp1,71 triliun per September 2025.

Project Garuda mendorong kepatuhan bukan melalui pengetatan regulasi, tetapi melalui otomatisasi infrastruktur. Kepatuhan yang mudah dan otomatis adalah tanda pasar yang matang.

Kesimpulan, Mengawal Inklusi dan Inovasi

Pengembangan Rupiah Digital menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjadi pembuat standar di ekonomi digital. Dengan peluncuran ritel penuh (r-RD) yang diproyeksikan akhir dekade ini, Project Garuda bukan hanya janji moneter—melainkan jembatan yang menghubungkan sistem keuangan tradisional dengan potensi inovasi tak terbatas dari teknologi blockchain dan DeFi, semuanya di bawah payung stabilitas Rupiah.

Cek Harga BTC Hari Ini!

Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto.

Dengan melakukan perdagangan aset kripto berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.