Efek Saham AS Anjlok, Konsumsi Turun, dan Saatnya The Fed Turunkan Suku Bunga?

Kita mungkin terbiasa menganggap gaji sebagai sumber utama penghasilan. Namun dalam dunia finansial modern, kekayaan terutama dalam bentuk portofolio saham bukan hanya angka, tapi juga soal vibes. Hari ini portofolio kita bisa bernilai $100.000, besok bisa turun jadi $98.000 atau naik ke $102.000, tergantung pada suasana hati pasar. Ketika fluktuasi ini cukup untuk mempengaruhi cara kita membelanjakan uang, maka kita sedang mengalami apa yang disebut wealth effect atau efek kekayaan.
Efek Psikologis Pasar Saham ke Ekonomi Riil
Efek kekayaan adalah jembatan antara Wall Street dan Main Street. Ketika pasar saham naik, investor merasa lebih kaya dan lebih percaya diri untuk belanja. Sebaliknya, penurunan pasar bisa membuat konsumen menahan belanja. Inilah yang menjadi perhatian utama saat ini di tengah ketidakpastian pasar akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Bulan ini, indeks S&P 500 sempat menyentuh wilayah bear market atau penurunan tajam setelah dua tahun berturut-turut mencatatkan kenaikan lebih dari 20 persen.
Ekonom Moody’s Analytics, Mark Zandi, mencatat bahwa pada tahun lalu, efek kekayaan yang positif menyumbang peningkatan 1 poin persentase terhadap pertumbuhan belanja konsumen yang pada gilirannya menambah sekitar 0,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Namun kini ia khawatir akan efek sebaliknya. Zandi memperkirakan bahwa setiap penurunan $1 dalam kekayaan bersih rumah tangga bisa memangkas belanja konsumen sebesar 2 sen.
Potensi The Fed Pangkas Suku Bunga
Apabila tren ini berlanjut yaitu harga saham turun konsumsi menurun dan pertumbuhan ekonomi melambat maka akan ada tekanan baru terhadap Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga guna menstimulasi ekonomi. Penurunan suku bunga akan mendorong biaya pinjaman lebih rendah memperbaiki likuiditas dan sering kali menjadi pemicu rebound di pasar saham.
Dengan kata lain setelah tekanan dari kebijakan tarif menyebabkan aksi jual di pasar saham justru respon pelonggaran moneter dari The Fed bisa menjadi titik balik menuju pemulihan pasar.
62% Penduduk AS Investasi Saham
Amerika Serikat memang negara dengan populasi investor saham yang besar. Menurut Gallup sekitar 62 persen rumah tangga memiliki saham baik secara langsung maupun lewat reksa dana. Pada kuartal keempat 2024 alokasi aset ke ekuitas mencapai hampir 43 persen yang merupakan rekor tertinggi. Sebagai perbandingan angka ini hanya 36 persen di Uni Eropa (2023) dan kurang dari 20 persen di Jepang (2024).
Namun distribusi kekayaan ini sangat timpang. Data dari Federal Reserve Bank of St. Louis menunjukkan bahwa 1 persen orang terkaya menguasai hampir 50 persen dari total nilai saham dan reksa dana. Kelompok 90–99 persen memegang sekitar 37 persen. Dan berdasarkan penelitian Moody’s Analytics 10 persen rumah tangga terkaya kini menyumbang hampir setengah dari total belanja konsumen di AS naik dari 40 persen pada 1990-an.
Kelas Menengah dan Pensiunan Terguncang
Kelas menengah pun rentan. Dengan hilangnya sistem pensiun tradisional kini terdapat rekor dana pensiun individu sebesar $15 triliun. Dalam survei Vanguard setengah peserta 401(k) usia 55–64 tahun memiliki saldo minimal $87.500 dengan rata-rata lebih dari $240.000 yang sebagian besar diinvestasikan dalam saham.
Peran Properti
Sekitar dua pertiga keluarga di AS memiliki rumah. Generasi baby boomer yang merupakan generasi terkaya saat ini menikmati keuntungan besar dari kenaikan harga properti. Sekitar 40 persen dari mereka telah tinggal di rumah yang sama selama lebih dari 20 tahun. Banyak pula yang masih menikmati suku bunga hipotek di bawah 3 persen yang membuat nilai rumah tetap tinggi dan memberikan keleluasaan keuangan untuk belanja.
Namun harga rumah juga bisa jadi beban. Penelitian pada 2023 menunjukkan bahwa kenaikan harga rumah meningkatkan belanja pemilik rumah tapi mengurangi belanja penyewa terutama mereka yang sedang menabung untuk membeli rumah.
Sentimen Aplikasi dan Psikologi Finansial
Ledakan informasi finansial di ponsel pintar dan aplikasi trading gratis seperti Robinhood ikut mempercepat dampak psikologis pasar. Ketika seseorang sedang belanja di Target dan membaca berita pasar yang merah menyala itu bisa langsung mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
Penelitian di American Economic Review: Insights menunjukkan bahwa keuntungan mendadak di pasar membuat investor meningkatkan belanja sedikit demi sedikit dan pengaruh itu bertahan lama. Artinya kekayaan bahkan di atas kertas benar-benar berdampak nyata.
Jangan Lupa Crypto
Investasi spekulatif seperti kripto ikut menambah kompleksitas. Dalam satu studi setiap dolar keuntungan tak terealisasi dari kripto menghasilkan peningkatan belanja sebesar 9 sen empat kali lipat dari efek kekayaan saham. Bahkan kripto telah memberi dampak nyata di beberapa pasar properti.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.