Inflasi Amerika Turun 2.4%, Akankah Saham Teknologi Naik?
Indeks Harga Konsumen (CPI) merupakan indikator utama yang digunakan untuk mengukur inflasi, mencerminkan kenaikan biaya barang dan jasa di seluruh ekonomi Amerika Serikat. Data terbaru yang dirilis Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa inflasi Amerika turun sedikit dibandingkan periode sebelumnya, namun tetap lebih tinggi dari yang diharapkan pasar.
Data Inflasi Terbaru
- CPI Aktual: 2,4% (sedikit di atas perkiraan 2,3%)
- CPI Sebelumnya: 2,5%
Selama bulan September, CPI naik sebesar 0,2% secara musiman, yang menempatkan tingkat inflasi tahunan pada 2,4%. Kedua angka ini 0,1 poin persentase lebih tinggi dari konsensus Dow Jones. Tingkat inflasi tahunan
tersebut merupakan yang terendah sejak Februari 2021, dan 0,1 poin persentase lebih rendah dari bulan Agustus.
Namun, jika dilihat dari inflasi inti (tidak termasuk makanan dan energi), harga inti naik 0,3% pada bulan tersebut, yang membawa tingkat inflasi inti tahunan ke 3,3%. Angka inflasi inti ini juga 0,1 poin persentase di atas perkiraan.
n pasar. Kenaikan pada inflasi inti ini disebabkan oleh peningkatan harga di berbagai kategori seperti kendaraan bekas, perawatan medis, dan pakaian.
Dampak Inflasi Pada Saham
Penurunan inflasi menjadi 2,4% dibandingkan dengan bulan sebelumnya (2,5%) memberikan sinyal bahwa tekanan harga mulai mereda. Ini bisa menjadi berita baik bagi Federal Reserve, yang dalam beberapa bulan terakhir lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga. Dengan inflasi yang mulai terkendali, The Fed diperkirakan akan lebih moderat dalam kebijakan suku bunga ke depan.
Saham teknologi yang sensitif terhadap suku bunga dapat merespons positif penurunan inflasi ini. Biaya pendanaan yang lebih rendah cenderung mendorong pertumbuhan di sektor teknologi, karena perusahaan di sektor ini umumnya membutuhkan modal besar untuk riset dan pengembangan. Selain itu, penurunan suku bunga memungkinkan perusahaan teknologi untuk terus tumbuh tanpa menghadapi tekanan biaya yang tinggi.
Namun, ada kekhawatiran di pasar terkait kenaikan inflasi yang sedikit di atas perkiraan. Ini bisa membuat investor lebih berhati-hati, terutama karena The Fed mungkin tetap mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama jika inflasi tidak turun sesuai target mereka. Sektor-sektor yang sensitif terhadap biaya produksi, seperti ritel dan barang konsumsi, mungkin menghadapi tekanan dari kenaikan biaya bahan baku yang berkelanjutan.
Data Pengangguran yang Meningkat
Selain data inflasi, laporan klaim pengangguran mingguan juga menunjukkan kenaikan yang tidak terduga. Klaim awal tunjangan pengangguran mencapai 258.000 untuk pekan yang berakhir pada 5 Oktober, angka tertinggi sejak Agustus 2023. Kenaikan klaim ini sebagian besar disebabkan oleh dampak Badai Helene yang melanda Amerika Serikat bagian tenggara serta mogok kerja oleh 33.000 pekerja Boeing.
Peningkatan klaim pengangguran ini menambah tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja, meskipun data nonfarm payrolls sebelumnya menunjukkan lonjakan besar dalam perekrutan pada bulan September. Namun, sebagian besar kenaikan klaim pengangguran dapat dikaitkan dengan faktor-faktor sementara, seperti dampak bencana alam dan mogok pekerja.
Sektor yang Terkena Dampak Inflasi
Sebagian besar kenaikan inflasi didorong oleh lonjakan harga makanan dan biaya tempat tinggal. Harga makanan naik 0,4% pada bulan tersebut, dan biaya tempat tinggal naik 0,2%. Harga kendaraan bekas juga naik 0,3%, sementara harga kendaraan baru naik 0,2%. Kenaikan biaya perawatan medis sebesar 0,7% dan harga pakaian yang melonjak 1,1% juga turut memberikan kontribusi terhadap inflasi yang lebih tinggi.
Namun, ada penurunan pada harga energi, yang turun 1,9%, sehingga sedikit meredam kenaikan inflasi secara keseluruhan.
Prospek Kebijakan The Fed
Meskipun data inflasi lebih tinggi dari yang diharapkan, para pelaku pasar tetap optimis bahwa The Fed akan melanjutkan penurunan suku bunga pada pertemuan kebijakan mereka di bulan November. Menurut CME Group’s FedWatch, peluang penurunan suku bunga sebesar 0,25% pada pertemuan tersebut mencapai 86%.
Pejabat Fed, seperti Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee, menekankan bahwa tren jangka panjang lebih penting daripada fluktuasi bulanan. Menurut Goolsbee, inflasi telah turun secara signifikan dalam 12-18 bulan terakhir, sementara pasar tenaga kerja telah mendingin ke tingkat yang lebih stabil.
Kesimpulannya, meskipun inflasi masih sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan, tren penurunan secara keseluruhan memberi harapan bahwa kebijakan moneter yang lebih akomodatif akan terus berlanjut.
Siap untuk mulai berinvestasi di pasar saham dan memanfaatkan peluang dari tren inflasi yang menurun? Manfaatkan peluang ini untuk berinvestasi saham luar negeri di Reku sekarang!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.