Kebijakan Trump Membuat Amerika Serikat Menuju Resesi atau Hanya Guncangan Sementara

Meskipun kepercayaan konsumen melemah dan ekspektasi inflasi meningkat, beberapa analis berpendapat bahwa resesi belum tentu terjadi. Laporan pekerjaan bulan Februari menunjukkan gambaran campuran di pasar tenaga kerja, yang memberikan sedikit harapan bagi investor. Namun, beberapa indikator ekonomi mulai mengkhawatirkan.
Salah satu sinyal utama adalah pergerakan indeks S&P 500 yang hampir jatuh di bawah rata-rata pergerakan 200 hari, yang bisa menjadi tanda bahwa tren pasar bullish sedang berbalik arah. Kamp Trump mengklaim bahwa ini hanyalah “periode detoks” bagi pasar bullish, tetapi banyak ekonom khawatir bahwa ini bisa menjadi awal dari penurunan yang lebih dalam.
1. Pasar Saham Kehilangan Momentum
Indeks S&P 500 menunjukkan tanda-tanda pelemahan, mendekati level yang bisa memicu aksi jual lebih lanjut. Penurunan tajam di pasar saham dapat mempengaruhi sentimen konsumen dan bisnis, yang pada akhirnya bisa mempercepat perlambatan ekonomi.
2. Dampak Pemotongan Pajak terhadap Defisit
Banyak pendukung Trump berharap kebijakan pemotongan pajak dapat menghidupkan kembali pasar dan ekonomi. Namun, kenyataannya, pemotongan pajak berulang kali dalam beberapa dekade terakhir telah memperburuk defisit fiskal AS. Dengan defisit yang sudah mencapai $30 triliun, sulit membayangkan bagaimana pemotongan pajak lebih lanjut dapat dibiayai tanpa dampak besar terhadap anggaran negara.
3. Krisis Perumahan: Harga Tinggi, Suku Bunga Tinggi
Sektor perumahan AS juga berada dalam kondisi sulit. Kenaikan suku bunga hipotek selama dua tahun terakhir telah membuat kepemilikan rumah semakin tidak terjangkau bagi banyak pembeli potensial. Banyak yang berharap suku bunga hipotek turun ke kisaran 5,5%, tetapi kenyataannya masih jauh dari harapan tersebut.
Beberapa ekonom menyarankan bahwa pasar hipotek AS mungkin perlu beradaptasi dengan kondisi baru ini, termasuk penggunaan hipotek dengan suku bunga yang dapat disesuaikan (adjustable rate mortgages/ARMs). Dengan model ini, Bank Sentral AS (The Fed) dapat lebih efektif mengontrol kebijakan moneter dalam merespons perubahan kondisi ekonomi.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Dengan kombinasi pasar saham yang rapuh, defisit fiskal yang membengkak, dan krisis perumahan yang belum mereda, ekonomi AS tampaknya berada di jalur yang tidak menentu. Meskipun belum ada kepastian akan terjadinya resesi, risiko ke arah sana semakin meningkat.
Para ekonom dan pelaku pasar kini menunggu kebijakan berikutnya dari pemerintahan Trump dan The Fed untuk melihat apakah langkah-langkah yang diambil dapat mencegah “Trumpcession” atau justru mempercepatnya.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.