Microsoft Q126 Earnings: Cetak Laba Besar, Tapi Investor Gelisah

Microsoft (NASDAQ: MSFT) kembali menunjukkan performa keuangan yang solid pada kuartal pertama tahun fiskal 2026 (berakhir 30 September 2025).
Pendapatan melonjak 18% YoY menjadi $77,7 miliar, sementara laba operasi naik 24% menjadi $38 miliar — keduanya melampaui ekspektasi Wall Street.
Namun alih-alih merayakan, investor justru bereaksi negatif. Saham Microsoft sempat turun 3% dalam perdagangan setelah jam bursa, di tengah kekhawatiran bahwa pengeluaran besar untuk infrastruktur AI belum memberikan hasil nyata yang sepadan.

Kinerja Kuat di Semua Lini, Dipimpin oleh Azure
Segmen Intelligent Cloud tetap menjadi mesin utama pertumbuhan Microsoft. Pendapatannya naik 28% YoY menjadi $30,9 miliar, sedikit di atas ekspektasi analis ($30,18 miliar).
Lebih mencolok lagi, Azure dan layanan cloud lainnya tumbuh 39% YoY, melampaui perkiraan 37,1%. Ini menunjukkan bahwa permintaan untuk komputasi awan masih sangat kuat, meski pasar teknologi sedang menghadapi perlambatan di area lain.
Sementara itu, divisi Productivity and Business Processes — yang mencakup Microsoft 365, LinkedIn, dan Dynamics 365 — juga tampil impresif dengan pertumbuhan 17% YoY.
Microsoft 365 untuk konsumen bahkan naik 26%, menunjukkan semakin banyak pengguna yang beralih ke model berlangganan berbayar.
Di sisi lain, bisnis More Personal Computing (yang mencakup Windows, perangkat keras, dan iklan digital) tumbuh 4% YoY. Pertumbuhan ini terbilang sehat mengingat pasar PC global masih lesu.
Secara keseluruhan, hasil ini menegaskan posisi Microsoft sebagai raksasa cloud dan software enterprise paling dominan di dunia saat ini.
Cek Harga Saham Microsoft Disini!
Laba Meledak, Tapi Investor Masih Ragu
Dengan EPS non-GAAP $4,13 (+23% YoY) dan margin operasi 45%, kinerja Microsoft sebenarnya luar biasa. Namun, ada satu hal yang menahan euforia pasar: kekhawatiran terhadap pengembalian investasi (ROI) dari proyek AI yang masif.
Selama 2025, Microsoft menggelontorkan hampir $80 miliar untuk membangun infrastruktur AI global, sebagian besar untuk mendukung OpenAI dan layanan berbasis Copilot di ekosistem Microsoft 365, Azure, dan GitHub.
Namun, hingga kini, kontribusi finansial dari proyek-proyek AI tersebut belum terlihat secara signifikan di neraca laba rugi.
Analis menilai pasar kini menuntut bukti konkret bahwa AI dapat mendorong pertumbuhan laba, bukan hanya pendapatan. Dengan kata lain, hype saja tidak cukup — Microsoft harus menunjukkan monetisasi yang berkelanjutan.

Belanja Modal Turun, Sinyal Campuran bagi Pasar
Salah satu sorotan menarik dari laporan ini adalah belanja modal (CapEx) Microsoft yang mencapai $19,39 miliar, jauh di bawah perkiraan konsensus sebesar $23 miliar.
Bagi sebagian investor, ini bisa menjadi kabar baik — tanda bahwa perusahaan mulai menahan laju ekspansi infrastruktur untuk menjaga margin.
Namun bagi yang lain, angka ini justru memunculkan kekhawatiran bahwa permintaan AI atau cloud mungkin tidak sekuat yang dibayangkan.
CFO Amy Hood sebelumnya sudah memperingatkan bahwa ekspansi pusat data akan menekan margin jangka pendek. Meskipun margin saat ini masih tinggi di 45%, tekanan biaya energi, chip, dan tenaga kerja bisa mulai terasa pada paruh kedua tahun fiskal.
Tanda-Tanda Kompetisi Mulai Meningkat
Satu lagi alasan di balik penurunan saham Microsoft adalah kabar bahwa Oracle mulai mengambil sebagian kontrak infrastruktur dari OpenAI, mitra utama Microsoft.
Meski belum ada konfirmasi resmi, hal ini menimbulkan spekulasi bahwa dominasi Microsoft di sektor hyperscale AI infrastructure mulai menghadapi tantangan baru.
Selain Oracle, Amazon Web Services (AWS) dan Google Cloud juga terus berinvestasi agresif di bidang komputasi AI dan model bahasa besar (LLM).
Kehilangan momentum sedikit saja di pasar ini bisa berakibat besar, mengingat ekspektasi investor terhadap Microsoft sudah sangat tinggi.
Tetap Fundamental Kuat: Arus Kas dan Permintaan Jangka Panjang Solid
Di balik keresahan pasar, fundamental Microsoft tetap kokoh.
Perusahaan mencatat free cash flow sebesar $45,1 miliar hanya dalam satu kuartal, dan mengembalikan $10,7 miliar kepada pemegang saham melalui dividen serta pembelian kembali saham.
Yang lebih meyakinkan, remaining performance obligations (RPO) — kontrak masa depan yang belum diakui sebagai pendapatan — melonjak 51% menjadi $392 miliar.
Artinya, permintaan jangka panjang untuk layanan cloud Microsoft masih sangat kuat, dan akan menjadi penopang utama pertumbuhan selama beberapa tahun ke depan.
Nilai Premium, Ekspektasi Super-Tinggi
Dengan forward P/E sekitar 35x, Microsoft diperdagangkan pada valuasi premium dibandingkan pasar luas.
Untuk mempertahankan harga saham di level ini, perusahaan harus mampu menunjukkan bahwa investasi besar-besaran di AI benar-benar menghasilkan pertumbuhan laba eksponensial, bukan sekadar headline.
Namun jika melihat kekuatan arus kas, posisi pasar cloud yang dominan, dan adopsi AI yang masih di tahap awal, Microsoft tetap menjadi salah satu aset teknologi paling menarik untuk jangka panjang.
Investor jangka panjang mungkin melihat volatilitas saat ini sebagai peluang akumulasi, bukan tanda bahaya.
Kesimpulan: Laba Gemuk, Ekspektasi Lebih Gemuk Lagi
Kinerja Microsoft di kuartal ini bisa disimpulkan dengan satu kalimat: hasilnya hebat, tapi ekspektasi pasar lebih hebat lagi.
Perusahaan ini terus menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menumbuhkan pendapatan dan laba, namun investor kini ingin bukti nyata bahwa AI benar-benar mengubah angka, bukan hanya narasi.
Selama Microsoft mampu menjaga momentum pertumbuhan Azure dan mulai mengekstrak nilai ekonomi dari ekosistem AI-nya, kekhawatiran jangka pendek ini kemungkinan hanya akan menjadi riasan sementara dalam perjalanan panjang menuju dominasi AI global.
.
.
.
.
.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.


