Saham AS Menghadapi Tekanan Karena Kekhawatiran Resesi Akibat Perang Tarif!

Key Takeaways:
- Saham Pilihan: Pasar saham Amerika Serikat mengalami tekanan signifikan di tengah kekhawatiran investor mengenai potensi resesi akibat kebijakan tarif impor. 4
- Update Saham: Taiwan menghadapi penjualan asing terbesar dalam sejarah, dengan TSMC sebagai salah satu saham yang paling banyak dilepas.
- Berita Sepekan: Microsoft Corp. telah mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) internal yang mereka yakini mampu bersaing dengan pemimpin industri seperti OpenAI.
Pekan ini, pasar saham Amerika Serikat mengalami tekanan signifikan di tengah kekhawatiran investor mengenai potensi resesi akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Dow Jones Industrial Average anjlok lebih dari 850 poin pada awal pekan, mencerminkan sentimen negatif di kalangan pelaku pasar. Kebijakan tarif yang menargetkan impor baja dan aluminium memicu pesimisme di berbagai sektor, mulai dari otomotif hingga ritel, karena meningkatkan biaya operasional dan menekan daya beli konsumen.
Pergerakan indeks saham AS dalam sepekan:
- S&P 500 -4.31%
- DJIA -4.65%
- Nasdaq -4.83%
Sektor manufaktur menjadi salah satu yang paling terdampak akibat kenaikan harga bahan baku. Beberapa produsen besar, termasuk General Motors dan Ford, melaporkan adanya lonjakan biaya produksi yang dapat berimbas pada kenaikan harga jual kendaraan. Di sisi lain, industri teknologi juga mengalami tekanan, dengan perusahaan seperti Apple dan Microsoft yang menghadapi potensi peningkatan harga komponen impor dari China dan negara lainnya.
Inflasi Melambat, Memberikan Ruang Bagi The Fed
Di sisi lain, data inflasi terbaru memberikan sedikit kelegaan bagi pasar. Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk Februari 2025 mencatat kenaikan 0,2% secara bulanan dan 2,8% secara tahunan, keduanya lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar. Penurunan harga tiket pesawat sebesar 4%, harga kendaraan baru, serta pelemahan harga bensin menjadi faktor utama perlambatan inflasi. Core CPI, yang tidak mencakup harga pangan dan energi, juga mengalami kenaikan moderat sebesar 0,2% MoM dan 3,1% YoY.
Stabilitas harga pangan menjadi salah satu faktor utama yang mendukung perlambatan inflasi. Setelah lonjakan signifikan pada awal tahun, harga bahan makanan kini mulai menunjukkan tren yang lebih terkendali. Selain itu, kenaikan biaya asuransi kesehatan dan kendaraan juga lebih moderat dibandingkan bulan sebelumnya, memberikan sedikit kelonggaran bagi konsumen.
Namun, beberapa ekonom tetap memperingatkan bahwa tren ini bisa bersifat sementara. Jika kebijakan tarif impor terus diperketat, harga barang impor dapat kembali meningkat dalam beberapa bulan ke depan, yang pada akhirnya bisa mendorong inflasi naik lagi.
Bagaimana Respons Federal Reserve?
Meskipun inflasi menunjukkan pelemahan, Federal Reserve diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan mendatang. Beberapa analis menilai bahwa tren inflasi ini bisa membuka peluang bagi pemangkasan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Kay Haigh dari Goldman Sachs Asset Management berkomentar bahwa kombinasi tekanan inflasi yang mulai mereda dan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi mendorong The Fed semakin dekat untuk melanjutkan siklus pelonggaran kebijakan moneter.
Namun, risiko perang dagang dan dampaknya terhadap harga barang impor tetap menjadi faktor yang harus diwaspadai oleh The Fed. Jika tarif baru diterapkan pada berbagai kategori produk yang lebih luas, seperti elektronik dan tekstil, maka inflasi bisa kembali meningkat, mempersulit keputusan bank sentral terkait arah kebijakan moneternya.
Reaksi Pasar dan Prospek ke Depan
Sementara itu, pasar merespons laporan inflasi ini dengan beragam. Yield Treasury dan dolar AS menguat, sementara indeks S&P 500 sempat dibuka lebih tinggi. Namun, volatilitas tetap tinggi karena investor masih mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif impor.
Selain itu, investor juga mencermati pergerakan sektor properti dan obligasi korporasi. Beberapa analis memperingatkan bahwa jika The Fed tetap mempertahankan suku bunga dalam jangka waktu yang lebih lama, sektor properti bisa mengalami tekanan lebih besar, mengingat tingginya biaya pinjaman bagi konsumen dan pengembang.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, kombinasi antara kebijakan tarif yang agresif dan data inflasi yang melambat menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan. Investor dan pelaku bisnis perlu terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan serta langkah-langkah kebijakan moneter untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap ekonomi AS. Jika ketidakpastian terus berlanjut, bukan tidak mungkin volatilitas di pasar saham dan obligasi akan semakin meningkat dalam beberapa bulan ke depan.
Investasi Saham AS Sekarang!
Berita Saham dalam Sepekan Terakhir
- 🚀 Bullish – Broadcom mencatat kinerja kuartal pertama fiskal yang mengesankan, dengan hasil keuangan yang melampaui ekspektasi dan pertumbuhan pendapatan yang didorong oleh permintaan kuat di sektor AI. Perusahaan chip ini terus menikmati momentum positif dari boom AI sejak peluncuran ChatGPT, yang telah membuat sahamnya lebih dari dua kali lipat di tahun 2024, meskipun kemudian mengalami koreksi sekitar 19% sejak awal 2025 karena kekhawatiran tarif.
Cek Harga AVGO Hari Ini!
- 🌍 Neutral- Microsoft Corp. telah mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) internal yang mereka yakini mampu bersaing dengan pemimpin industri seperti OpenAI. Model ini, yang disebut MAI, telah menghasilkan hasil pengujian yang kompetitif dengan model terdepan di pasar, termasuk produk dari OpenAI dan Anthropic.
Cek Harga MSFT Hari Ini!
- 🐲 Bearish – Taiwan mengalami gelombang penjualan asing terbesar dalam sejarah, dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC) sebagai salah satu saham yang paling banyak dilepas oleh investor global.
Cek Harga TSM Hari Ini!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.