Investasi
Trade Kripto
Futures
Jelajah
Wallet
Learning Hub
Keamanan & Regulasi
Unduh Aplikasi Reku
google-icon

Reku Kampus

Blog
Teori
Tutorial
Kamus Kripto
Non-Performing Loan (NPL): Penyebab dan Cara Menghitungnya
Teori
Bagikan!

Non-Performing Loan (NPL): Penyebab dan Cara Menghitungnya

30 November 2024
6 menit membaca
Non-Performing Loan (NPL): Penyebab dan Cara Menghitungnya

NPL adalah singkatan dari Non-Performing Loan, yang merujuk pada pinjaman yang tidak dapat dibayar kembali oleh debitur sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Dalam dunia keuangan, Non-Performing Loan menjadi indikator penting untuk menilai kesehatan suatu lembaga keuangan atau bank. 

Tingginya angka ini dapat menunjukkan risiko yang lebih besar bagi pihak pemberi pinjaman. Jika kamu ingin memahami lebih dalam tentang cara menghitung NPL, rumus yang digunakan, serta pentingnya bagi investor, simak penjelasan selengkapnya di artikel ini.

Apa Itu NPL (Non-Performing Loan)?

Non-Performing Loan atau NPL adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pinjaman yang tidak dapat dibayar oleh peminjam sesuai dengan perjanjian. 

Ketika seseorang atau perusahaan meminjam uang dari bank atau lembaga keuangan, mereka diharapkan untuk membayar kembali pinjaman tersebut secara teratur, baik bunga maupun pokoknya. Namun, jika peminjam gagal melakukan pembayaran dalam waktu yang telah ditentukan, pinjaman tersebut akan dianggap sebagai Non-Performing Loan atau pinjaman macet.

Secara umum, sebuah pinjaman dianggap NPL jika peminjam tidak melakukan pembayaran selama periode tertentu. Biasanya, untuk pinjaman komersial, periode ini adalah 90 hari (3 bulan), sedangkan untuk pinjaman konsumen, periode yang ditetapkan adalah 180 hari (6 bulan). Jika peminjam tidak melakukan pembayaran dalam waktu tersebut, pinjaman akan dikategorikan sebagai NPL.

Dalam kata lain, NPL adalah indikator yang menunjukkan masalah dalam pembayaran pinjaman, dan bisa menjadi sinyal bagi investor atau pihak terkait untuk berhati-hati terhadap risiko yang ada.

Tipe Non-Performing Loan

Pinjaman macet bisa muncul dalam beberapa kondisi. Umumnya, pinjaman yang dianggap NPL adalah jika debitur tidak dapat membayar sesuai jadwal, namun ada beberapa tipe yang lebih spesifik:

1. Pinjaman dengan Keterlambatan Lebih dari 90 Hari

Jika peminjam tidak membayar angsuran (baik bunga atau pokok) selama lebih dari 90 hari, pinjaman akan dianggap sebagai NPL. Pada titik ini, lembaga keuangan sudah meragukan kemampuan debitur untuk membayar utangnya.

2. Pinjaman yang Dimodifikasi atau Direstrukturisasi

Terkadang, pinjaman yang sudah jatuh tempo lebih dari 90 hari akan mengalami perubahan perjanjian, seperti penjadwalan ulang pembayaran atau penundaan bunga. Namun, jika pembayaran masih tertunda meskipun ada restrukturisasi, pinjaman tetap dianggap NPL.

3. Pinjaman yang Telah Jatuh Tempo dan Belum Terbayar

Ketika pinjaman mencapai tanggal jatuh tempo untuk pembayaran pokok namun belum terbayar sama sekali, pinjaman tersebut juga dikategorikan sebagai NPL.

4. Pinjaman yang Sudah Tertunggak Meski Belum 90 Hari

Beberapa pinjaman yang belum mencapai keterlambatan 90 hari namun sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa debitur kemungkinan tidak akan dapat membayar utang penuh, juga bisa diklasifikasikan sebagai NPL.

Rumus NPL 

Rasio NPL adalah (Total NPL / Total Kredit) x 100%

Rumus ini menghitung persentase pinjaman yang gagal bayar (NPL) terhadap total pinjaman yang diberikan. Semakin rendah rasio NPL, semakin sehat bank atau lembaga tersebut.

Cara Menghitung NPL

Untuk menghitung rasio NPL, kamu perlu mengidentifikasi pinjaman yang tidak dibayar lebih dari 90 hari (baik pokok maupun bunga). Setelah itu, ambil data tentang jumlah pinjaman yang bermasalah (Total NPL) dan jumlah total pinjaman yang diberikan (Total Kredit).

Misalnya:

Total NPL: Rp100.000.000

Total Kredit: Rp2.000.000.000

Rasio NPL = (100.000.000 / 2.000.000.000) x 100% = 5%

Dari perhitungan ini, rasio NPLcadalah 5%, yang berarti 5% dari total pinjaman bermasalah.

Indeks Risiko NPL

Setelah menghitung rasio NPL, kamu bisa mengevaluasi kesehatan lembaga keuangan dengan kategori berikut:

  • Sangat sehat: NPL < 2%
  • Sehat: 2% < NPL < 5%
  • Cukup sehat: 5% < NPL < 8%
  • Kurang sehat: 8% < NPL < 12%
  • Tidak sehat: NPL > 12%

Rasio NPL yang tinggi menunjukkan potensi masalah pada keuangan lembaga tersebut, yang bisa berpengaruh pada investasi kamu.

Penyebab Terjadinya Non-Performing Loan

Kondisi ini terjadi ketika peminjam gagal memenuhi kewajiban pembayaran sesuai jadwal. Penyebabnya bisa sangat beragam, baik dari faktor internal peminjam, kondisi ekonomi, maupun kebijakan lembaga keuangan itu sendiri. 

Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya NPL adalah sebagai berikut:

1. Faktor Ekonomi

Perubahan kondisi ekonomi, seperti resesi atau penurunan daya beli masyarakat, bisa memberi dampak besar pada kemampuan peminjam untuk membayar pinjaman. 

Misalnya, saat perekonomian sedang buruk, banyak perusahaan atau individu yang menghadapi penurunan pendapatan, yang akhirnya kesulitan untuk membayar pinjaman. Fluktuasi suku bunga juga bisa memperburuk keadaan, terutama jika pinjaman yang diambil bersifat floating rate (suku bunga mengambang).

2. Masalah pada Peminjam (Borrower-Related)

Faktor utama yang menyebabkan pinjaman menjadi NPL adalah kondisi keuangan peminjam itu sendiri. Beberapa peminjam bisa mengalami kebangkrutan atau kesulitan finansial lainnya yang membuat mereka gagal membayar utangnya. 

Selain itu, perilaku kurang disiplin dalam mengelola keuangan, atau bahkan masalah penipuan dan kecurangan, juga sering kali menjadi penyebab NPL.

3. Faktor Lembaga Keuangan (Lender-Related)

Terkadang, NPL adalah hasil dari kelalaian lembaga keuangan itu sendiri dalam mengelola kredit. Praktik underwriting yang buruk, atau ketidakmampuan dalam menilai risiko dengan akurat, bisa mengarah pada pemberian pinjaman kepada peminjam yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Kurangnya sistem manajemen risiko yang baik juga bisa menyebabkan NPL meningkat di suatu lembaga keuangan.

4. Faktor Hukum dan Regulasi

Perubahan dalam regulasi atau ketidakpastian hukum juga bisa memengaruhi status pinjaman. Misalnya, perubahan kebijakan pemerintah atau peraturan baru yang berdampak pada industri tertentu, bisa membuat peminjam kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Perselisihan hukum atau masalah administrasi juga dapat berkontribusi pada terjadinya NPL, karena proses penyelesaian yang tertunda atau rumit.

5. Faktor yang Tidak Terduga

Kadang-kadang, penyebab NPL adalah hal-hal yang di luar kendali baik peminjam maupun pemberi pinjaman. Misalnya, bencana alam yang merusak aset peminjam atau kejadian luar biasa lainnya, seperti pandemi atau krisis global, bisa menghambat kemampuan peminjam untuk membayar utangnya. Hal-hal seperti ini sering kali sulit diprediksi, namun tetap menjadi faktor penyebab utama terjadinya pinjaman bermasalah.

6. Kondisi Bisnis dan Proyek

Jika peminjam adalah sebuah perusahaan, kegagalan dalam menjalankan proyek atau penurunan permintaan produk/jasa yang dijual bisa menyebabkan masalah keuangan. Proyek yang terlambat atau gagal selesai, atau bahkan keputusan investasi yang buruk, bisa berdampak negatif pada arus kas perusahaan dan menyebabkan mereka gagal membayar pinjaman.

Akibat Tingginya Non-Performing Loan

Beberapa akibat utama dari tingginya NPL adalah sebagai berikut:

1. Gangguan Likuiditas

Likuiditas merujuk pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, seperti membayar pihak ketiga atau pegawai. Ketika jumlah NPL meningkat, dana yang seharusnya bisa diputar kembali untuk operasional bank tidak dapat diterima karena peminjam gagal membayar. Hal ini bisa mengancam kelangsungan operasional bank, bahkan memicu krisis likuiditas. 

Jika bank tidak dapat mencairkan dana yang dipinjamkan, mereka mungkin kesulitan untuk membayar gaji pegawai dan memenuhi kewajiban lainnya, yang berpotensi merusak struktur organisasi dan reputasi bank.

2. Penurunan Rentabilitas

Rentabilitas bank sangat tergantung pada kemampuannya untuk mengumpulkan kembali pinjaman yang sudah diberikan. NPL yang tinggi berarti lebih banyak pinjaman yang tidak bisa ditagih atau mengalami keterlambatan pembayaran. Ketika peminjam tidak dapat membayar kembali pinjaman mereka, bank kehilangan pendapatan dari bunga dan potensi keuntungan. 

Selain itu, upaya untuk menagih utang yang macet juga akan menghabiskan biaya tambahan, seperti biaya hukum dan pengumpulan, yang semakin mengurangi laba yang dihasilkan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengancam stabilitas finansial bank.

3. Penurunan Solvabilitas

Solvabilitas mengacu pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya dan tetap beroperasi dengan modal yang cukup. Ketika bank tidak dapat mengumpulkan kembali dana yang telah dipinjamkan, modal mereka akan tergerus. 

Sebagai akibatnya, bank akan kesulitan menjalankan fungsi-fungsi dasar mereka, seperti memberikan pinjaman baru atau mendanai proyek-proyek besar. Jika solvabilitas bank terganggu, ini bisa mengarah pada krisis finansial internal yang berdampak pada kelangsungan hidup bank itu sendiri.

4. Dampak pada Reputasi Lembaga Keuangan

Selain masalah-masalah keuangan langsung, tingginya NPL juga dapat merusak reputasi lembaga keuangan. Ketika NPL meningkat, investor dan nasabah akan mulai meragukan kemampuan bank dalam mengelola risikonya. 

Hal ini bisa memengaruhi kepercayaan pasar, yang pada gilirannya bisa menyebabkan penurunan harga saham bank, sulitnya mendapatkan dana segar, atau penurunan minat nasabah untuk menggunakan layanan bank tersebut.

5. Pengaruh pada Sumber Daya Manusia (SDM)

Bank yang menghadapi NPL tinggi juga bisa mengalami penurunan kualitas sumber daya manusia. Karena adanya masalah keuangan, bank mungkin perlu memangkas pegawai atau mengurangi bonus dan insentif, yang bisa menurunkan motivasi kerja dan kualitas pelayanan. Di sisi lain, ketidakstabilan ini juga bisa menyebabkan keluar masuknya staf yang berpengalaman, yang pada akhirnya akan memengaruhi kinerja operasional bank.

Bagi kamu yang tertarik dengan investasi, memahami NPL adalah hal yang penting. Sebab, NPL yang tinggi bisa menjadi sinyal adanya risiko di lembaga keuangan, yang tentunya memengaruhi keputusan investasi kamu, baik itu di saham, obligasi, atau aset kripto. Oleh karena itu, selalu perhatikan rasio NPL dan kesehatan lembaga yang kamu pilih sebagai tempat investasi untuk meminimalkan risiko kerugian.

Belajar Crypto untuk Pemula dengan Aplikasi Kripto Reku

Mulai belajar crypto dan trading dengan aplikasi trading crypto Reku yang ramah untuk pemula. Jelajahi berbagai aset kripto dan dapatkan panduan lengkap untuk sukses berinvestasi. Download sekarang dan mulailah!

PenulisKasih Maharani
Bagikan!
Analisis
Liat analisis pasar hingga makro secara mendalam dan lengkap
Blog
Pelajari lebih lanjut strategi investasi dan serba-serbi dunia finansial
FAQ
Cari tahu berbagai berita kripto dan saham terbaru
Market
Mulai jelajahi dan investasi aset Crypto dan Saham AS di Reku