Apa Itu Retained Earning? Fungsi dan Cara Menghitungnya
Retained earning adalah salah satu istilah yang sering muncul di dunia bisnis dan akuntansi, khususnya dalam laporan keuangan perusahaan. Namun, apa sebenarnya retained earning dan mengapa hal ini penting? Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap konsep retained earning, bagaimana cara menghitungnya, serta bagaimana perusahaan memanfaatkannya untuk pertumbuhan.
Apa Itu Retained Earning?
Secara sederhana, retained earning adalah laba bersih yang dihasilkan perusahaan tetapi tidak dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Artinya, laba ini “ditahan” atau disimpan oleh perusahaan untuk digunakan dalam investasi, pengembangan bisnis, pembayaran utang, atau kebutuhan operasional lainnya.
Jika diibaratkan, retained earning adalah tabungan perusahaan yang dikumpulkan dari laba bersih yang tidak langsung dibagi sebagai dividen. Ketika sebuah perusahaan menghasilkan laba, mereka memiliki opsi untuk membagikannya kepada pemegang saham atau menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
Mengapa Retained Earning Penting?
Retained earning adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan, karena berfungsi sebagai sumber dana internal. Dana ini memberikan fleksibilitas kepada perusahaan dalam melakukan berbagai keputusan strategis, seperti:
1. Ekspansi dan Pengembangan
Dana retained earning dapat digunakan untuk mendanai proyek ekspansi seperti membuka cabang baru, membeli peralatan, atau meningkatkan kapasitas produksi. Hal ini bisa membantu perusahaan untuk berkembang tanpa perlu bergantung pada pinjaman eksternal.
2. Meningkatkan Kekuatan Keuangan
Dengan menyimpan sebagian laba, perusahaan bisa memperkuat posisi keuangannya. Ini penting untuk menjaga keberlanjutan operasional, terutama di saat kondisi ekonomi sulit.
3. Mengurangi Ketergantungan pada Utang
Memiliki dana cadangan dari retained earning membantu perusahaan mengurangi kebutuhan untuk mencari pinjaman atau investasi dari pihak luar. Semakin besar retained earning, semakin kuat pula posisi perusahaan untuk menghadapi berbagai tantangan finansial.
4. Stabilitas Dividen
Retained earning juga bisa digunakan untuk mempertahankan pembagian dividen yang stabil kepada pemegang saham, bahkan jika perusahaan mengalami penurunan laba dalam jangka pendek.
Cara Menghitung Retained Earning
Menghitung retained earning adalah proses yang cukup sederhana dalam laporan keuangan. Retained earning dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Retained Earning = Retained Earning Awal + Laba Bersih – Dividen
Mari kita lihat arti dari setiap komponen:
- Retained Earning Awal: Ini adalah saldo retained earning dari periode sebelumnya.
- Laba Bersih: Laba bersih yang diperoleh perusahaan selama periode tersebut.
- Dividen: Jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham selama periode tersebut.
Misalnya, jika pada awal tahun perusahaan memiliki retained earning sebesar Rp500 juta, menghasilkan laba bersih Rp200 juta, dan membagikan dividen sebesar Rp50 juta, maka retained earning pada akhir tahun akan menjadi:
Retained Earning Akhir=500+200−50=650 juta.
Dengan perhitungan ini, perusahaan memiliki saldo retained earning sebesar Rp650 juta yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan operasional atau pengembangan.
Baca juga: Tips Memulai Investasi untuk Anak SMA!
Bagaimana Perusahaan Menggunakan Retained Earning?
Retained earning digunakan perusahaan untuk berbagai tujuan strategis yang bisa mendukung pertumbuhan jangka panjang. Berikut beberapa cara umum penggunaannya:
1. Investasi dalam Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Banyak perusahaan menggunakan retained earning untuk investasi dalam riset dan pengembangan, yang bisa menghasilkan produk atau layanan baru dan membantu perusahaan tetap kompetitif.
2. Pembelian Aset
Perusahaan sering kali membeli aset tetap seperti gedung, mesin, atau teknologi baru menggunakan dana ini. Investasi dalam aset tetap ini bisa membantu meningkatkan efisiensi operasional dan produksi.
3. Pengurangan Utang
Mengurangi utang menggunakan retained earning adalah strategi yang umum untuk menurunkan beban bunga dan memperkuat posisi keuangan perusahaan.
4. Cadangan untuk Pengeluaran Tak Terduga
Dengan menahan sebagian laba, perusahaan bisa memiliki dana cadangan untuk mengatasi pengeluaran yang tidak terduga, seperti kenaikan biaya bahan baku atau kondisi pasar yang tidak stabil.
Contoh Penggunaan Retained Earning dalam Perusahaan
Misalnya, perusahaan teknologi yang ingin memperluas bisnisnya ke pasar internasional mungkin akan menggunakan retained earning untuk mendanai ekspansi ini. Dengan adanya dana internal, perusahaan dapat membiayai operasional cabang baru di luar negeri, membayar gaji karyawan, serta melakukan promosi dan pemasaran.
Selain itu, banyak perusahaan startup atau teknologi, seperti Amazon pada masa awalnya, memilih untuk tidak membayar dividen kepada pemegang saham. Sebaliknya, mereka menggunakan retained earning untuk mendanai pertumbuhan pesat mereka. Strategi ini memungkinkan perusahaan tersebut untuk berinovasi dan menciptakan produk-produk yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Apakah Retained Earning Selalu Positif?
Meskipun retained earning biasanya positif, dalam beberapa kasus bisa saja negatif. Ketika sebuah perusahaan mengalami kerugian terus-menerus atau lebih banyak membagikan dividen daripada laba yang dihasilkan, saldo retained earning bisa menjadi negatif. Hal ini dikenal sebagai defisit retained earning dan menunjukkan bahwa perusahaan mungkin mengalami masalah keuangan.
Retained earning negatif sering kali menjadi perhatian bagi investor karena bisa menandakan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk pertumbuhan atau bertahan dalam jangka panjang.
Keuntungan Retained Earning
1. Fleksibilitas Finansial
Perusahaan memiliki fleksibilitas dalam menggunakan dana retained earning sesuai kebutuhan bisnis.
2. Mendorong Pertumbuhan Jangka Panjang
Dengan retained earning, perusahaan dapat mendanai investasi yang mendukung pertumbuhan.
3. Mengurangi Risiko Utang
Dana internal dari retained earning mengurangi ketergantungan pada utang, sehingga risiko keuangan perusahaan lebih rendah.
Tantangan Retained Earning
1. Kebijakan Dividen
Memutuskan untuk menahan laba daripada membagikan dividen bisa menjadi kontroversial bagi pemegang saham yang menginginkan pendapatan rutin.
2. Risiko Pengelolaan
Tanpa strategi pengelolaan yang baik, retained earning bisa digunakan secara kurang efektif, sehingga tidak memberikan manfaat optimal bagi perusahaan.
Retained earning adalah bagian penting dari strategi keuangan perusahaan yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan. Dengan mengelola retained earning secara bijaksana, perusahaan bisa memperkuat posisinya, mengurangi risiko finansial, serta meningkatkan peluang untuk berkembang di pasar yang kompetitif. Namun, penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan keseimbangan antara menahan laba dan memberikan dividen kepada pemegang saham. Strategi yang tepat dalam mengelola retained earning akan membantu perusahaan untuk tetap kuat dan siap menghadapi berbagai tantangan ekonomi di masa depan.
Jadi Ga Bingung Kan? Saatnya Miliki Bitcoin, Ethereum, dan Aset Kripto Lainnya!
Biar uangmu juga bekerja untukmu, investasi bisa menjadi solusi keuanganmu! Mulai dengan Rp5.000, di Reku, kamu bisa memiliki berbagai aset global seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan lain-lain. Berbagai pilihan aset cocok untuk pemula maupun profesional. Download aplikasinya di sini.
Foto diambil dari Freepik.