Ingin Tahu Arti ARA dan ARB? Pelajari Batasan dan Update Terbaru Aturannya
ARA dan ARB bukan sekadar istilah teknis; mereka adalah bagian dari peraturan yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham di pasar. Ketika kamu berinvestasi di saham, memahami arti dari ARA (Auto Rejection Atas) dan ARB (Auto Rejection Bawah) bisa menjadi kunci untuk membuat keputusan investasi yang lebih cerdas. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas apa arti sebenarnya dari ARA dan ARB, mengapa mereka ada, serta bagaimana perubahan peraturan terbaru bisa mempengaruhi strategi investasimu.
Pengertian ARA dan ARB
Dalam dunia pasar saham, ada banyak istilah teknis yang perlu dipahami oleh setiap investor, salah satunya adalah ARA (Auto Rejection Atas) dan ARB (Auto Rejection Bawah), yang memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas harga saham di tengah fluktuasi pasar yang cepat. ARA adalah batas maksimum kenaikan harga saham dalam satu hari perdagangan, di mana jika harga saham mencapai batas ini, perdagangan otomatis akan dihentikan untuk mencegah lonjakan harga yang terlalu tinggi dalam waktu singkat—seringkali dipicu oleh spekulasi atau kondisi pasar yang tidak normal, sedangkan ARB adalah batas maksimum penurunan harga saham, yang ketika tercapai, perdagangan juga akan dihentikan otomatis untuk melindungi investor dari penurunan harga yang terlalu drastis dalam sehari.
Mekanisme ARA dan ARB ini tidak hanya menjaga pergerakan harga saham tetap dalam koridor yang wajar dan terkontrol, tetapi juga berfungsi sebagai sistem pengaman yang mengurangi risiko kerugian besar bagi investor, terutama dalam situasi pasar yang penuh ketidakpastian, sehingga memahami konsep ini merupakan langkah awal yang sangat penting bagi siapa pun yang serius berinvestasi di pasar saham, karena keduanya memberikan perlindungan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan investasi yang lebih bijaksana dan terinformasi.
Baca Juga: Mengenal Nasdaq, dan Mengapa Saham Tesla Memilih Pasar Saham Ini?
Mengapa ARA dan ARB Diterapkan di Pasar Saham?
ARA (Auto Rejection Atas) dan ARB (Auto Rejection Bawah) adalah mekanisme penting yang diterapkan di pasar saham untuk menjaga stabilitas harga dan mencegah volatilitas yang berlebihan. Dalam pasar saham, pergerakan harga yang sangat cepat bisa menjadi bumerang bagi investor. Ketika ada sentimen pasar yang kuat—baik itu optimisme berlebihan yang menyebabkan lonjakan harga atau kepanikan yang memicu penurunan harga—ARA dan ARB bertindak sebagai “rem otomatis” yang membatasi kenaikan atau penurunan harga dalam satu hari perdagangan. Ini memastikan bahwa harga saham tidak bergerak di luar batas yang telah ditentukan, memberi ruang bagi pasar untuk mencerna informasi baru secara lebih rasional. Dengan begitu, investor tidak akan terjebak dalam situasi di mana harga saham mengalami perubahan yang ekstrem dalam waktu singkat.
Selain itu, penerapan ARA dan ARB juga berfungsi sebagai pelindung bagi investor ritel dan institusi dari potensi kerugian besar akibat fluktuasi harga yang tidak terkendali. Ketika harga saham mendekati batas ARA atau ARB, hal ini memberi sinyal kepada investor untuk berhati-hati dan mungkin melakukan evaluasi ulang terhadap strategi investasi mereka. Mekanisme ini juga membantu mencegah praktik-praktik spekulatif yang dapat merusak pasar, seperti pump and dump, di mana harga saham dengan cepat dinaikkan untuk kemudian dijual dengan keuntungan besar sebelum harga jatuh kembali. Dengan demikian, ARA dan ARB tidak hanya menjaga stabilitas harga, tetapi juga melindungi integritas pasar saham itu sendiri.
Peraturan Terbaru ARA dan ARB
Dalam beberapa tahun terakhir, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan sejumlah penyesuaian terhadap aturan Auto Rejection Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB) guna menjaga stabilitas pasar saham di tengah kondisi ekonomi yang dinamis. Salah satu perubahan signifikan terjadi pada tahun 2020 saat pandemi COVID-19 memicu volatilitas pasar yang luar biasa. Dalam situasi tersebut, BEI menerapkan kebijakan darurat dengan mempersempit batas ARB hingga 7% untuk saham-saham tertentu, dibandingkan dengan batas normal yang lebih longgar. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah penurunan harga saham yang terlalu tajam, memberikan waktu bagi investor untuk mencerna informasi dan menyesuaikan strategi mereka. Langkah ini dianggap sangat efektif dalam menjaga kestabilan pasar dan mengurangi kepanikan yang bisa terjadi di kalangan investor.
Selain penyesuaian batas ARB, BEI juga memperkenalkan aturan baru yang memberikan fleksibilitas lebih besar dalam penerapan ARA dan ARB berdasarkan karakteristik saham dan kondisi pasar. Misalnya, saham-saham dengan harga rendah atau yang baru diperdagangkan mungkin memiliki batas ARA dan ARB yang berbeda dibandingkan saham-saham dengan kapitalisasi besar atau yang lebih stabil. Peraturan ini memungkinkan pasar untuk tetap likuid, namun dengan perlindungan yang lebih besar terhadap fluktuasi ekstrem. BEI secara berkala mengevaluasi dan menyesuaikan peraturan ini untuk memastikan bahwa mereka tetap relevan dan efektif dalam kondisi pasar yang terus berubah. Bagi para investor, memahami dan mengikuti update terbaru ini sangat penting agar dapat mengelola portofolio dengan lebih baik dan meminimalkan risiko yang tidak diinginkan.
Baca Juga: Intip Perbandingan Pasar Saham AS vs. Indonesia di Sini
Dampak ARA dan ARB pada Strategi Investasi
Batasan Auto Rejection Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB) memiliki pengaruh besar terhadap keputusan investasi, terutama dalam kondisi pasar yang volatile. Ketika harga saham mendekati atau mencapai batas ARA, ini bisa menjadi indikator bahwa saham tersebut sedang mengalami tekanan beli yang tinggi, seringkali karena sentimen positif atau berita baik. Namun, ini juga bisa menandakan adanya risiko overbought, di mana harga sudah terlalu tinggi dan mungkin tidak berkelanjutan. Sebaliknya, jika saham mendekati atau terkena ARB, hal ini sering menandakan tekanan jual yang kuat, mungkin disebabkan oleh berita buruk atau sentimen negatif. Bagi investor, memahami dan mengantisipasi pergerakan ini sangat penting agar tidak terjebak dalam situasi yang merugikan.
Untuk menghadapi dampak ARA dan ARB, investor perlu lebih waspada terhadap kondisi pasar dan informasi yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Salah satu strategi adalah dengan memperhatikan volume perdagangan dan sentimen pasar sebelum melakukan transaksi. Jika saham mendekati batas ARA, investor bisa mempertimbangkan untuk menjual sebagian posisi untuk mengunci keuntungan, terutama jika fundamental saham tidak mendukung kenaikan lebih lanjut. Sebaliknya, ketika saham berada di dekat ARB, ini bisa menjadi peluang untuk membeli dengan harga diskon, tetapi harus dilakukan dengan analisis yang cermat untuk memastikan bahwa penurunan tersebut bukan awal dari tren penurunan yang lebih dalam. Dengan kata lain, memahami mekanisme ARA dan ARB dan mengintegrasikannya dalam strategi investasi bisa membantu investor dalam mengambil keputusan yang lebih bijak dan mengurangi risiko di pasar yang fluktuatif.
Membeli Aset Kripto dengan Aplikasi Reku
Sekarang kamu bisa membeli Bitcoin, Ethereum, dan crypto lainnya aplikasi Reku. Aplikasi ini memungkinkan investor untuk membeli crypto secara online dengan aman dan mudah karena diawasi oleh BAPPEBTI.
Langkah-langkah Membeli Aset Kripto di Reku
- Unduh dan Daftar: Unduh aplikasi Reku dan lakukan pendaftaran dengan mengikuti petunjuk yang ada.
- Verifikasi Akun: Lakukan verifikasi akun kurang dari 5 menit, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- Deposit Rupiah: Lakukan deposit dalam bentuk Rupiah ke aplikasi Reku. Kamu bisa melakukan transfer dari berbagai bank dan e-wallet, seperti BCA, Mandiri, CIMB Niaga, OVO, Dana, dan lain-lain.
- Pilih Aset Kripto: Cari crypto yang ingin kamu beli dari 100+ daftar aset kripto yang dimiliki Reku.
- Beli Crypto: Lakukan pembelian dengan mode Pro maupun Lightning sesuai preferensimu.
Foto diambil dari Freepik.