
Dalam dunia pasar saham, istilah stock split sering muncul ketika perusahaan ingin membuat saham mereka lebih terjangkau bagi para investor. Stock split adalah langkah strategis yang diambil oleh perusahaan untuk meningkatkan likuiditas saham dan menarik lebih banyak investor. Namun, meskipun sering dibicarakan, tidak semua orang memahami secara mendalam apa itu stock split, bagaimana prosesnya bekerja, dan dampaknya bagi para pemegang saham.
Apa Itu Stock Split?
Stock split adalah salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk membagi sahamnya menjadi lebih banyak unit. Dengan melakukan strategi ini, perusahaan meningkatkan jumlah saham yang beredar di pasar tanpa mengubah kapitalisasi pasar atau total nilai kepemilikan investor. Intinya, meski jumlah saham yang kamu miliki bertambah, nilai total investasi kamu tetap sama.
Salah satu contoh umum dari stock split adalah split 2-for-1. Artinya, setiap satu saham yang kamu miliki akan dibagi menjadi dua, dan harga saham juga dibagi dua. Misalnya, jika harga saham sebelum split adalah Rp1.000.000, setelah split 2-for-1, kamu akan memiliki dua saham dengan harga masing-masing Rp500.000.
Namun, penting untuk diingat bahwa strategi ini tidak meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. Ini hanya membuat saham lebih terjangkau bagi investor baru atau kecil. Meski begitu, langkah ini sering kali meningkatkan likuiditas saham di pasar, sehingga lebih banyak orang tertarik untuk memperdagangkannya.
Perbedaan Stock Split dan Stock Dividen
- Stock split dilakukan untuk menurunkan harga per lembar saham agar lebih terjangkau oleh investor ritel, sedangkan stock dividen diberikan sebagai bentuk pembagian keuntungan dalam bentuk saham, bukan uang tunai.
- Dalam stock split, jumlah lembar saham bertambah sesuai rasio tertentu (misalnya 1:5), sementara pada stock dividen, jumlah saham bertambah berdasarkan persentase dividen (misalnya 20% berarti kamu dapat 20 saham tambahan untuk setiap 100 saham yang dimiliki).
- Harga saham setelah stock split akan turun proporsional sesuai rasio, tetapi nilai investasi tetap sama. Pada stock dividen, harga saham juga bisa terkoreksi turun setelah ex-dividen date karena nilai saham dibagi dengan jumlah saham yang baru.
- Stock split tidak memengaruhi laporan keuangan perusahaan, sedangkan stock dividen akan mengurangi saldo laba ditahan karena dividen berasal dari keuntungan perusahaan.
- Nilai investasi kamu tidak berubah secara langsung pada keduanya, tapi stock dividen dianggap sebagai “bonus” tambahan saham, sementara stock split hanya mengubah struktur harga dan jumlah saham.
Aspek | Stock Split | Stock Dividen |
Tujuan | Menurunkan harga saham | Membagikan keuntungan dalam bentuk saham |
Jumlah Saham | Bertambah sesuai rasio | Bertambah sesuai persentase dividen |
Harga per Lembar Saham | Turun proporsional | Turun setelah ex-dividen |
Dampak ke Investasi | Tidak berubah | Tidak berubah langsung |
Pengaruh ke Keuangan | Tidak berdampak | Mengurangi laba ditahan |
Sentimen Pasar | Umumnya positif | Positif, tapi kadang netral |
Mengapa Perusahaan Melakukan Stock Split?
Perusahaan melakukan strategi ini untuk berbagai alasan, tetapi biasanya ini terkait dengan strategi jangka panjang. Beberapa alasan utama dan tujuan stock split meliputi:
1. Menurunkan Harga Per Saham
Ketika harga saham perusahaan terus naik dan menjadi sangat mahal, saham tersebut bisa menjadi tidak terjangkau bagi sebagian besar investor ritel. Dengan melakukan stock split, harga per saham menjadi lebih rendah, membuatnya lebih terjangkau bagi investor kecil.
Sebagai contoh, perusahaan seperti Apple dan Tesla pernah melakukan stock split ketika harga saham mereka meningkat tajam, untuk memastikan lebih banyak orang bisa membeli saham mereka.
2. Meningkatkan Likuiditas
Dengan lebih banyak saham yang beredar di pasar dan harga yang lebih rendah, perdagangan saham menjadi lebih aktif. Hal ini meningkatkan likuiditas atau kemampuan saham untuk diperdagangkan dengan cepat tanpa mempengaruhi harga pasar secara signifikan. Investor sering kali lebih suka saham yang lebih likuid karena lebih mudah untuk membeli atau menjualnya kapan saja.
3. Memberi Sinyal Positif kepada Pasar
Meskipun strategi ini tidak mempengaruhi nilai intrinsik perusahaan, ini bisa dianggap sebagai sinyal positif bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik. Jika harga saham naik ke titik di mana stock split diperlukan, ini bisa menjadi tanda bahwa perusahaan tersebut sukses dan terus berkembang.
Dampak Stock Split bagi Pemegang Saham
Sebagai investor, kamu mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi ketika perusahaan melakukan stock split. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Jumlah Saham Bertambah
Ketika stock split terjadi, jumlah saham yang kamu miliki akan bertambah sesuai dengan rasio split. Jika kamu memiliki 10 saham dan perusahaan melakukan split 2-for-1, kamu akan memiliki 20 saham setelah split. Meski demikian, nilai total investasi kamu tetap sama.
2. Harga Per Saham Menurun
Harga saham setelah split akan menurun sesuai dengan rasio split. Jadi, meskipun kamu memiliki lebih banyak saham, nilai per saham akan lebih rendah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, jika harga saham awalnya Rp1.000.000 dan terjadi split 2-for-1, harga baru akan menjadi Rp500.000 per saham.
3. Tidak Ada Perubahan dalam Nilai Kepemilikan
Strategi tidak akan mempengaruhi total nilai kepemilikan kamu. Nilai investasi tetap sama, hanya distribusi saham yang berubah. Jadi, kamu tidak perlu khawatir kehilangan uang karena adanya split.
Apakah Stock Split Meningkatkan Harga Saham?
Stock split tidak secara langsung meningkatkan harga saham, karena nilai fundamental perusahaan tidak berubah. Justru, harga per lembar saham akan turun secara proporsional sesuai rasio stock split-nya. Misalnya, jika satu saham awalnya seharga Rp10.000 lalu dilakukan stock split 1:5, maka harga per lembarnya menjadi Rp2.000. Namun, jumlah saham yang dimiliki investor juga naik lima kali lipat, sehingga nilai total investasinya tetap sama. Meski begitu, stock split bisa berdampak positif secara psikologis karena harga saham yang lebih terjangkau bisa menarik lebih banyak investor ritel, meningkatkan likuiditas, dan mendorong permintaan pasar. Dalam kondisi tertentu, hal ini bisa saja menyebabkan harga saham naik secara perlahan setelah stock split dilakukan. Namun, kenaikan ini lebih disebabkan oleh reaksi pasar, bukan dari stock split itu sendiri.
Keuntungan Stock Split
[…]
1. Aksesibilitas
Saham yang lebih murah menjadi lebih terjangkau bagi lebih banyak investor, meningkatkan minat terhadap saham tersebut.
2. Likuiditas yang Lebih Tinggi
Dengan lebih banyak saham yang beredar dan harga yang lebih rendah, perdagangan saham menjadi lebih aktif.
3. Sinyal Positif
Dalam banyak kasus, stock split menandakan bahwa perusahaan tersebut berkinerja baik, sehingga bisa menjadi sinyal positif bagi pasar.
4. Meningkatkan Minat Investor Ritel
Harga saham yang lebih rendah setelah stock split membuat saham tersebut tampak lebih menarik, terutama bagi investor pemula atau ritel yang memiliki modal terbatas. Hal ini bisa memperluas basis investor perusahaan.
5. Potensi Kenaikan Permintaan
Dengan harga yang lebih murah dan persepsi positif terhadap perusahaan, permintaan saham bisa meningkat. Permintaan yang lebih tinggi ini berpotensi menaikkan harga saham secara bertahap, meskipun tidak dijamin.
6. Meningkatkan Citra Perusahaan
Stock split sering dianggap sebagai tanda bahwa perusahaan tumbuh dan memiliki prospek baik. Ini bisa memperkuat citra perusahaan di mata publik dan calon investor.
7. Fleksibilitas dalam Strategi Investasi
Investor bisa lebih mudah mengatur strategi pembelian atau penjualan saham dalam jumlah lebih kecil atau lebih fleksibel, karena harga per lembar yang lebih rendah.
8. Dukungan untuk Program Kepemilikan Saham Karyawan
Dengan harga yang lebih rendah per saham, perusahaan dapat lebih mudah menjalankan program seperti employee stock ownership plan (ESOP), yang dapat meningkatkan motivasi dan keterikatan karyawan.
Risiko Stock Split
Berikut ini adalah beberapa risiko stock split yang perlu kamu pahami sebelum menganggapnya sebagai hal yang sepenuhnya positif:
1. Tidak Meningkatkan Nilai Fundamental Perusahaan
Stock split hanya memecah harga saham tanpa mengubah nilai total investasi. Jadi, meskipun harga per lembar lebih rendah, nilai perusahaan dan posisi investasimu secara keseluruhan tetap sama.
2. Potensi Volatilitas Jangka Pendek
Setelah stock split, saham bisa mengalami peningkatan aktivitas perdagangan yang menyebabkan fluktuasi harga lebih tajam dalam jangka pendek. Hal ini bisa menimbulkan risiko, terutama bagi trader jangka pendek.
3. Kesalahpahaman Investor Pemula
Investor baru kadang mengira bahwa harga saham yang lebih murah berarti valuasinya lebih menarik. Padahal, harga rendah karena stock split tidak mencerminkan penurunan valuasi ataupun diskon harga.
4. Dilusi Persepsi Nilai
Meskipun tidak terjadi dilusi saham secara fundamental, investor bisa saja menganggap bahwa bertambahnya jumlah lembar saham membuat nilai masing-masing saham menjadi lebih “murah” atau kurang eksklusif.
5. Efek Jangka Panjang Tidak Pasti
Meskipun stock split sering diasosiasikan dengan perusahaan yang sedang tumbuh, tidak semua split diikuti oleh performa saham yang baik di masa depan. Hasilnya sangat tergantung pada kinerja bisnis dan kondisi pasar.
6. Biaya Operasional Tambahan
Bagi perusahaan, melakukan stock split bisa menimbulkan biaya administratif, seperti perubahan dokumen, penyesuaian sistem, atau pemberitahuan ke seluruh pemegang saham.
Contoh Perusahaan yang Melakukan Stock Split
Melihat tren di pasar, saham yang pernah stock split umumnya berasal dari perusahaan-perusahaan besar yang memiliki kinerja solid dan reputasi kuat di industrinya. Langkah ini biasanya dilakukan untuk membuat harga saham lebih terjangkau bagi investor ritel, sekaligus meningkatkan likuiditas di pasar. Untuk memberikan gambaran nyata, berikut beberapa contoh perusahaan yang telah melakukan stock split, baik dari pasar global maupun dalam negeri:
- Saham Apple (AAPL)
Apple telah beberapa kali melakukan stock split. Salah satu yang paling dikenal terjadi pada Agustus 2020, ketika saham Apple di-split dengan rasio 4:1. Artinya, setiap 1 lembar saham lama dipecah menjadi 4 lembar saham baru. Tujuannya adalah membuat harga saham Apple lebih terjangkau bagi investor ritel.
- Saham Tesla (TSLA)
Tesla melakukan stock split dengan rasio 5:1 pada Agustus 2020, diikuti dengan split lagi sebesar 3:1 pada Agustus 2022. Saham Tesla yang sebelumnya cukup mahal menjadi lebih murah per lembarnya, sehingga membuka akses lebih luas bagi investor.
- Saham Google (Alphabet – GOOG)
Alphabet, induk perusahaan Google, melakukan stock split dengan rasio 20:1 pada Juli 2022. Langkah ini membuat harga saham Google turun drastis secara nominal, tanpa memengaruhi nilai pasar perusahaannya.
- Saham Amazon (AMZN)
Amazon juga melakukan stock split 20:1 pada Juni 2022. Sebelumnya, harga saham Amazon sangat tinggi, membuat investor ritel kesulitan membeli dalam jumlah besar. Setelah split, saham Amazon jadi lebih mudah diakses.
- Saham Unilever Indonesia (UNVR)
Dari dalam negeri, saham Unilever Indonesia melakukan stock split 5:1 pada Januari 2021. Tujuannya agar saham UNVR bisa dijangkau oleh lebih banyak investor ritel di Bursa Efek Indonesia.
- Saham NVIDIA (NVDA)
Saham NVIDIA stock split terakhirnya pada Juli 2021 dengan rasio 4:1. Keputusan ini diambil karena harga saham NVIDIA melonjak tajam berkat pertumbuhan di sektor AI dan GPU, sehingga split dilakukan untuk memperluas jangkauan investor.
Contoh Stock Split
Stock split sering dilakukan oleh perusahaan besar saat harga saham naik tinggi, agar lebih terjangkau bagi investor. Contohnya, saham Apple dan saham Tesla melakukan stock split beberapa kali untuk meningkatkan aksesibilitas dan likuiditas.
Perusahaan lain seperti saham NVIDIA, saham Amazon, dan saham Google (Alphabet) juga melakukan stock split demi menarik lebih banyak investor ritel dan menjaga pergerakan pasar tetap aktif.
Meskipun stock split tidak mengubah fundamental perusahaan atau nilai kepemilikan investor, langkah ini dapat menjadi sinyal positif bahwa perusahaan berkinerja baik. Keuntungan utamanya meliputi aksesibilitas saham yang lebih besar dan perdagangan yang lebih aktif, namun tetap penting bagi investor untuk memahami bahwa stock split tidak mempengaruhi nilai intrinsik perusahaan.