Delta Air Lines: Laba Melonjak di Tengah Tarif Tinggi dan Ledakan Permintaan Kelas Premium

Maskapai asal Atlanta, Delta Air Lines (DAL), kembali mencatatkan kinerja yang melampaui ekspektasi pasar di kuartal ketiga 2025, sekaligus memberikan proyeksi optimistis untuk akhir tahun dan awal 2026. Laporan terbaru menunjukkan bahwa permintaan kuat dari segmen perjalanan premium dan tarif penerbangan yang meningkat menjadi motor utama pertumbuhan laba perusahaan.
💰 Kinerja Keuangan Melesat di Atas Ekspektasi
Berdasarkan laporan yang dirilis Kamis lalu, Delta membukukan laba per saham (EPS) sebesar $1,71 (disesuaikan), jauh di atas estimasi konsensus analis LSEG yang memprediksi $1,53. Pendapatan juga mencapai $15,2 miliar, sedikit di atas ekspektasi $15,06 miliar.
Secara keseluruhan, laba bersih kuartal ketiga naik 11% menjadi $1,42 miliar atau $2,17 per saham, dibandingkan dengan $1,27 miliar atau $1,97 per saham pada periode yang sama tahun sebelumnya. Setelah disesuaikan untuk item non-recurring, laba bersih Delta meningkat 15% menjadi $1,12 miliar, menandai kinerja terbaik sejak pandemi.
Pendapatan yang disesuaikan tumbuh 4% YoY, didorong oleh kombinasi strategi harga yang lebih cerdas, pengurangan kapasitas pada rute tidak menguntungkan, serta meningkatnya minat pelanggan terhadap perjalanan premium.
💺 Premium Travel Jadi Mesin Pertumbuhan Baru
Jika ada satu tren yang menonjol dari laporan kali ini, itu adalah dominasi segmen premium. Pendapatan dari kelas atas — termasuk First Class dan Comfort+ (kursi ekonomi dengan ruang kaki lebih luas) — melonjak 9% menjadi hampir $5,8 miliar. Sebaliknya, pendapatan dari kabin ekonomi utama justru turun 4% menjadi sekitar $6 miliar.
CEO Delta, Ed Bastian, menegaskan bahwa permintaan untuk layanan premium tetap tangguh, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global. “Tidak ada tanda-tanda perlambatan dari konsumen untuk produk premium kami,” katanya.
Presiden Delta, Glen Hauenstein, menambahkan bahwa penjualan dari produk kelas atas kemungkinan akan melampaui kabin utama pada tahun depan, menandai pergeseran struktural dalam perilaku pelanggan pascapandemi. “Pelanggan kini melihat pengalaman perjalanan sebagai bagian dari gaya hidup, bukan sekadar transportasi,” ujarnya.
📈 Proyeksi Kuartal IV dan Outlook 2026
Untuk kuartal keempat 2025, Delta memproyeksikan laba disesuaikan antara $1,60 hingga $1,90 per saham, melampaui ekspektasi analis di angka $1,65. Pendapatan diperkirakan tumbuh hingga 4%, dua kali lipat dari proyeksi Wall Street sebesar 1,7%.
Lebih jauh, Bastian mengatakan Delta siap memasuki 2026 dengan posisi keuangan yang kuat, berkat ekspansi margin dan peningkatan efisiensi biaya. “Delta berada di jalur yang konsisten dengan kerangka keuangan jangka panjang kami — pertumbuhan top-line, ekspansi margin, dan peningkatan laba per saham,” ujarnya dalam rilis resmi.
Delta juga menegaskan kembali proyeksi laba penuh tahun 2025 sebesar $6 per saham, berada di ujung atas kisaran panduan sebelumnya ($5,25–$6,25). Saham DAL langsung menguat sekitar 4% di perdagangan sore hari, menandai respons positif dari investor.
Cek Harga Saham Delta Disini!
✈️ Strategi Kapasitas: Fokus pada Profit, Bukan Volume
Salah satu faktor yang menopang margin Delta adalah strategi pengurangan kapasitas selektif. Maskapai ini memangkas penerbangan yang kurang menguntungkan — seperti rute domestik di hari-hari kerja tengah pekan — untuk mengatasi kelebihan pasokan kursi di pasar AS.
Tindakan ini terbukti efektif. Pendapatan unit domestik naik 2% di kuartal ketiga, bahkan ketika kapasitas meningkat 4%. Delta memperkirakan tren positif ini akan berlanjut di kuartal keempat, didorong oleh permintaan korporasi yang mulai pulih dan peningkatan perjalanan bisnis domestik sebesar 5% dibandingkan tahun lalu.
Kebijakan tersebut juga membantu Delta menjaga tarif tetap tinggi tanpa mengorbankan faktor muatan. Hasilnya, meski maskapai lain menghadapi tekanan margin akibat “oversupply seats,” Delta justru berhasil memperluas margin operasionalnya — sebuah pencapaian yang menunjukkan disiplin eksekusi.
🌎 Tantangan Makro: Tarif Trump dan Potensi Gangguan
Tahun 2025 bukan tahun yang mudah bagi industri penerbangan AS. Kebijakan tarif impor baru dari Presiden Donald Trump sempat mengguncang kepercayaan konsumen di awal tahun, menekan tarif domestik dan volume perjalanan. Namun, sejak bulan Juli, penjualan tunai mulai meningkat tajam, menandakan pemulihan yang lebih kuat dari perkiraan.
Ketika ditanya soal shutdown pemerintahan federal yang sedang berlangsung, Bastian menyatakan bahwa belum ada dampak signifikan terhadap operasi Delta. Namun ia memperingatkan, jika situasi berlangsung lebih dari 10 hari, efeknya bisa mulai terasa, terutama pada proses keamanan bandara dan manajemen lalu lintas udara.
🧩 Fokus Jangka Panjang: Efisiensi, Digitalisasi, dan Loyalitas
Di luar angka-angka jangka pendek, Delta terus berinvestasi dalam transformasi digital dan program loyalitas SkyMiles. Dengan lebih dari 100 juta anggota aktif, SkyMiles telah menjadi salah satu sumber pendapatan berulang paling menguntungkan di sektor transportasi.
Selain itu, Delta memperluas kemitraan strategis dengan American Express, yang menyumbang lebih dari $7 miliar pendapatan tambahan per tahun melalui biaya kartu kredit dan insentif pelanggan. Langkah-langkah ini memperkuat posisi Delta sebagai maskapai premium terintegrasi, bukan sekadar operator penerbangan.
📊 Kesimpulan: Delta Kembali Terbang Tinggi
Kinerja Delta Air Lines menegaskan bahwa strategi diferensiasi premium dan disiplin kapasitas masih menjadi resep sukses dalam industri penerbangan yang kompetitif. Di saat banyak maskapai masih berjuang dengan biaya tinggi dan permintaan yang fluktuatif, Delta justru menunjukkan bahwa fokus pada pengalaman pelanggan — bukan sekadar jumlah kursi — dapat menjadi keunggulan struktural jangka panjang.
Dengan prospek pendapatan yang solid, margin yang melebar, serta potensi laba penuh tahun 2025 di kisaran atas panduan, Delta Air Lines tampak siap menutup tahun ini dengan momentum kuat dan memulai 2026 dengan landasan yang kokoh.
.
.
.
.
.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.