Over Supply Minyak 2025, Siapa Paling Diuntungkan dan Dirugikan di Saham AS?
Pasar minyak global memasuki fase surplus terbesar sejak 2020. International Energy Agency (IEA) memproyeksikan surplus 2,4 juta barel/hari pada 2025, dan melebar menjadi 4 juta barel/hari pada 2026. Kondisi ini menekan harga minyak dan menciptakan peta baru para pemenang dan pecundang di pasar saham—terutama bagi perusahaan di indeks S&P 500.

Fenomena ini dipicu oleh melemahnya permintaan global, pelemahan ekonomi China, kebijakan perdagangan Trump, serta peningkatan produksi dari OPEC+ dan negara non-OPEC seperti AS, Brasil, dan Kanada.
Di bawah ini ulasan komprehensif mengenai saham yang diuntungkan dan dirugikan di S&P 500 dalam lingkungan harga minyak rendah.
WINNERS: Saham S&P 500 yang Diuntungkan dari Harga Minyak Rendah
- Maskapai & Transportasi – Delta Air Lines (DAL), United Airlines (UAL)
Bahan bakar pesawat (jet fuel) adalah ~25–30% biaya operasional maskapai. Harga minyak rendah = margin lebih besar.
Dampak investasi:
- Penguatan profit margin
- Perbaikan cash flow
- Peningkatan permintaan penerbangan (harga tiket lebih stabil)
DAL & UAL berpotensi outperform S&P 500 selama tren minyak murah.
- Sektor Retail & Konsumer – Walmart (WMT), Amazon (AMZN), Target (TGT)
Harga minyak rendah → ongkos distribusi/logistik lebih murah → tekanan inflasi melemah → konsumsi naik.
Kenapa retail untung?
- Biaya transportasi barang turun.
- Konsumen punya sisa belanja lebih banyak.
- Meningkatkan volume transaksi e-commerce.
AMZN secara khusus mendapat keuntungan ganda karena jaringan logistiknya sangat besar.
- Perusahaan Refinery di S&P 500 – Marathon Petroleum (MPC), Valero Energy (VLO)
Refiners adalah salah satu pemenang terbesar karena:
- Margin refining melebar saat minyak murah
- Permintaan BBM tetap kuat
- Kapasitas refinery global terbatas → profit stabil
MPC & VLO sudah mencatat margin tertinggi sejak 2022, dan potensi laba Q4–2025 bisa surprise positive.
- Industri Plastik & Petrokimia – Dow Inc. (DOW)
Dow menggunakan minyak/naphta sebagai bahan baku.
Harga input turun → cost of goods turun → margin naik.
Cocok untuk investor yang mencari cyclical recovery play.
- Maskapai Korsleting Biaya Logistik – FedEx (FDX), UPS (UPS)
Minyak turun → ongkos avtur & bahan bakar truk lebih murah.
Positif untuk EPS dan memperbaiki outlook 2025–2026.
LOSERS: Saham S&P 500 yang Dirugikan dari Oversupply Minyak
- US Shale Producers – Exxon Mobil (XOM), Chevron (CVX), ConocoPhillips (COP)
Break-even shale AS sekitar $60–$65 per barel.
Surplus minyak global bisa tekan harga menuju $50–$55 → profitabilitas turun.
Dampak terhadap S&P 500 energy giants:
- Penurunan capex & rig count
- Potensi revisi EPS negatif
- Penurunan buyback (sudah diumumkan sejak Q1 2025)
Meskipun XOM & CVX lebih tahan karena bisnis refining & trading, tetapi bagian upstream tetap terpukul.
- Oilfield Services – Schlumberger (SLB), Halliburton (HAL)
Turunnya harga minyak → shale operators kurangi aktivitas pengeboran.
Baker Hughes sudah mencatat:
- Rig count turun 10% YTD
Dampak ke SLB & HAL:
- Kontrak drilling melambat
- Utilisasi fracking fleet turun
- Margin layanan tertekan
- Big Oil (Integrated Energy) – Exxon (XOM), Chevron (CVX)
Meskipun lebih defensif, tetap terdampak karena:
- Harga jual minyak rendah
- Trading revenue turun
- Proses diversifikasi energi bersih melambat
Profit 5 supermajors (XOM, CVX, SHEL, TTE, BP) sudah turun >50% dibanding 3 tahun lalu, berpotensi turun lagi jika Brent jatuh di bawah $60.
- EV Manufacturers – Tesla (TSLA)
Minyak murah membuat konsumen lebih enggan beralih ke EV.
Efeknya:
- Daya tarik mobil listrik melemah
- Margin TSLA bisa tertekan
- Kompetisi dengan mobil berbahan bakar fosil menguat
TSLA menjadi salah satu sektor yang secara historis negatif saat harga minyak rendah stabil.
- Renewable Energy – NextEra Energy (NEE), SolarEdge (SEDG)
Minyak murah menurunkan urgensi transisi energi bagi konsumen & negara.
Dampak:
- Penundaan proyek
- Penurunan permintaan residential solar
- Investor beralih dari sektor “growth/clean energy” ke “value/consumer”
Implikasi untuk Investor
Sektor berpotensi outperform
Sektor berpotensi underperform
Strategi Portofolio
- Overweight: Refinery + Retail + Airlines
- Neutral: Big Oil (karena ada diversifikasi)
- Underweight: Shale pure play + Oil Services + EV
Reku Takeaway
Oversupply minyak 2025 menciptakan kondisi “low oil era” yang sangat mempengaruhi saham-saham di S&P 500. Investor perlu memahami bahwa pemenang terbesar bukan perusahaan energi, tetapi justru sektor konsumsi, transportasi, refiners, dan logistik.
Sebaliknya, shale oil & oil services berada pada risiko tertinggi karena profitabilitas menurun drastis bila harga minyak jatuh ke ~$50.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.

