100 Hari Pertama Trump: Dampaknya ke Pasar Global dan Investor

Masa jabatan kedua Donald Trump dimulai dengan harapan besar dari pasar. Sebagai presiden yang dikenal dengan janji-janji “pro-bisnis” dan retorika pertumbuhan ekonomi, banyak investor mengantisipasi reli pasar yang eksplosif pasca pelantikannya. Namun, realitas 100 hari pertamanya berkata lain.
Alih-alih menciptakan lonjakan ekonomi, kebijakan Trump justru mengguncang pasar global, mengikis kepercayaan investor, dan membawa pasar saham AS ke ambang bear market. Apa saja yang terjadi selama 100 hari ini, dan bagaimana dampaknya terhadap aset-aset utama seperti saham, obligasi, hingga crypto? Mari kita bedah satu per satu.
📉 Market Meluncur Menuju Bear Territory
Per tanggal 30 April 2025—resmi menandai hari ke-100 masa jabatan keduanya—pasar saham AS telah jatuh hampir 8%. Penurunan ini dimulai sejak awal tahun, saat euforia teknologi tahun 2024 mulai memudar dan investor mulai waspada terhadap retorika Trump tentang tarif.
Namun, titik balik datang pada 2 April, ketika pemerintahan Trump mengumumkan paket tarif baru dalam skala besar, menyasar banyak mitra dagang utama AS seperti Meksiko, Kanada, dan Tiongkok. Reaksi pasar sangat cepat: saham anjlok, dolar melemah, dan imbal hasil obligasi melonjak. Bahkan emas kembali bersinar sebagai aset safe haven.
Dalam hitungan hari, indeks saham AS merosot hingga 19.4% dari puncaknya di bulan Februari—hanya selangkah dari zona bear market resmi (penurunan 20%). Ini merupakan awal tahun terburuk bagi pasar saham sejak pandemi COVID-19 pada 2020.
🎢 Volatilitas Ekstrem: Naik-Turun yang Tak Biasa
Investor yang terbiasa dengan pasar yang relatif tenang dalam dua tahun terakhir kini harus menghadapi kenyataan baru: volatilitas tinggi dan ketidakpastian kebijakan.
Contohnya, dalam dua hari berturut-turut di awal April, indeks pasar AS jatuh lebih dari 10%. Namun hanya beberapa hari setelahnya, pada 9 April, pasar melonjak kembali 9%—kenaikan harian terbesar sejak krisis 2008.
Katalisnya? Trump menunda sebagian besar tarif baru selama 90 hari, memberi napas lega bagi pelaku pasar. Saham-saham teknologi seperti Apple (AAPL) melesat 15% (lonjakan tertinggi sejak 1998), sementara Tesla (TSLA) melambung 23%, kenaikan satu hari terbesar sejak 2013.
Namun euforia itu tak bertahan lama. Volatilitas tetap tinggi karena kekhawatiran terhadap kelanjutan kebijakan tarif dan independensi Federal Reserve masih membayangi.
💸 Obligasi AS: Dari Pelarian Aman Jadi Aset Risiko?
Obligasi pemerintah AS yang biasanya menjadi tempat pelarian di saat krisis malah ikut terguncang. Imbal hasil (yield) naik signifikan setelah pengumuman tarif—hal yang aneh di tengah kekhawatiran resesi.
Biasanya, kekhawatiran ekonomi membuat investor membeli obligasi, mendorong harga naik dan yield turun. Tapi kali ini, investor justru menuntut premi risiko yang lebih tinggi atas utang AS karena ketidakpastian kebijakan. Yield naik bukan hanya karena inflasi, tapi juga karena berkurangnya keyakinan terhadap stabilitas keuangan AS.
Ekonom senior Preston Caldwell bahkan menaikkan proyeksi inflasi AS ke 3.0% di 2025 dan 3.2% di 2026, menyusul ekspektasi kenaikan harga akibat tarif impor.
₿ Crypto President dan Realita Bitcoin
Trump sempat menyebut dirinya sebagai “Crypto President” dan diyakini akan melonggarkan regulasi industri crypto. Namun ekspektasi itu belum membuahkan hasil yang nyata.
Selama 100 hari pertama, harga Bitcoin justru turun 9%. Dalam suasana risk-off seperti sekarang, investor cenderung menghindari aset spekulatif seperti crypto. Bitcoin justru semakin berkorelasi dengan saham teknologi, bukan menjadi alternatif terhadap dolar AS seperti yang diharapkan.
Sedikit rebound terjadi setelah pengumuman penundaan tarif pada 9 April, tapi sentimen pasar masih sangat rapuh.
🏭 Sektor Pasar AS: Siapa yang Bertahan?
Investor tidak hanya menarik dana dari pasar AS secara umum, tetapi juga melakukan rotasi sektor. Di tengah tekanan terhadap pertumbuhan dan inflasi, hampir semua sektor mengalami pelemahan—kecuali satu: consumer staples.
Sektor ini (termasuk produk kebutuhan pokok seperti makanan dan obat-obatan) naik hampir 4% sejak Trump dilantik. Alasannya jelas: sektor ini memiliki eksposur yang rendah terhadap tarif dan dinilai sebagai tempat aman saat pasar penuh ketidakpastian.
📌 Kesimpulan: Antara Harapan dan Realita
100 hari pertama Trump di masa jabatan keduanya bisa disimpulkan dalam satu kata: kejutan. Harapan awal pasar terhadap kebijakan pro-pertumbuhan berubah menjadi kekhawatiran terhadap kebijakan perdagangan yang agresif dan kurangnya kejelasan arah ekonomi.
Dampaknya? Volatilitas meningkat, saham tertekan, obligasi terguncang, dan crypto tak jadi penyelamat. Dengan masa jabatan yang masih panjang, pertanyaan besar pun muncul: apakah Trump akan tetap agresif, atau justru memilih jalan moderasi setelah melihat reaksi pasar?
Investor kini menghadapi tantangan nyata untuk menavigasi pasar yang semakin tidak bisa diprediksi, sambil terus mengamati setiap langkah dari sang Presiden yang (masih) kontroversial ini.
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.