Apakah Pasar Saham AS Sudah Murah? Waktunya Beli?

Key Takeaways
- Pasar saham AS terlihat lebih murah di tengah ongoing selloff, saat ini diperdagangkan dengan diskon 5%.
- Penurunan tajam pada mega-cap tech dan saham artificial intelligence (AI) menjadi faktor utama turunnya valuasi pasar.
- Strategis Morningstar merekomendasikan underweight untuk growth stocks dan overweight untuk value stocks serta small-cap stocks.
Penurunan Harga Saham Membuka Peluang?
Koreksi di pasar saham yang mengguncang investor memiliki satu dampak utama: valuasi pasar kini lebih menarik dibanding akhir tahun lalu ketika mencapai level overvalued. Seiring dengan turunnya harga saham di awal 2025, valuasi ekuitas juga mengalami penyesuaian. Sebelumnya, para analis telah memperingatkan bahwa lonjakan saham big tech berada pada kondisi priced for perfection, di mana setiap kesalahan dalam earnings, forward guidance, atau berita negatif dapat memicu aksi jual besar-besaran.
Per 14 Maret 2025, Market Index diperdagangkan dengan diskon 5% terhadap fair value menurut penilaian, dengan price/fair value ratio di level 0,95. Sebagai perbandingan, di awal 2025, pasar berada di 3% premium. Sejak saat itu, indeks turun 4,5%.
Sebagai catatan, price/fair value ratio di atas 1 menunjukkan bahwa saham overvalued (mahal), sementara di bawah 1 berarti undervalued (murah). Semakin jauh dari angka 1, semakin besar diskon atau premiumnya. Fair value pasar dan sektor dihitung menggunakan weighted average dari valuasi saham yang dicakup oleh analis dalam suatu indeks atau sektor.
Walaupun saham saat ini terlihat lebih murah dibanding awal tahun, valuasi pasar belum mencapai level saat market crash di 2022. Sebagai perbandingan, pada September 2022, US Market Index diperdagangkan dengan diskon besar 21%.
Tech Stocks Memimpin Koreksi Valuasi
Penurunan valuasi pasar sebagian besar disebabkan oleh koreksi pada saham teknologi dan AI, yang selama ini menjadi motor utama kenaikan pasar. Beberapa saham mengalami aksi jual lebih besar dibanding pasar secara keseluruhan.
Menurut Dave Sekera, Chief US Market Strategist di Morningstar, banyak saham teknologi kini telah memasuki kisaran fair value, mengurangi risiko overvaluation yang sempat terjadi. “Beberapa di antaranya bahkan sudah mulai terlihat menarik untuk dibeli,” ujarnya.
Saham seperti Nvidia (NVDA), Meta Platforms (META), dan Amazon (AMZN) memiliki kapitalisasi besar, sehingga pergerakannya sangat mempengaruhi valuasi pasar secara keseluruhan. Sektor teknologi, yang mencakup Microsoft (MSFT), di awal 2025 berada di 4% premium, namun kini telah terkoreksi ke 8% discount.
Sementara itu, sektor communication services, yang sebelumnya terlihat undervalued, kini semakin murah. Per 14 Maret, sektor ini diperdagangkan dengan 17% discount, dibandingkan 8% discount di awal tahun. Sekera menjelaskan bahwa perubahan ini disebabkan oleh penurunan valuasi Alphabet (GOOGL) dan Meta (META), yang kini berada di level undervalued.
Sektor consumer cyclical, yang mencakup saham Home Depot (HD), McDonald’s (MCD), dan Amazon (AMZN), sempat diperdagangkan dengan 18% premium di awal tahun, namun kini telah terkoreksi menjadi 7% discount.
Di sisi lain, sektor financial services terlihat lebih murah dibanding Januari, tetapi masih termasuk overvalued. Sektor consumer defensive, yang berisi saham defensif seperti Walmart (WMT), Costco (COST), dan Procter & Gamble (PG), tetap berada di wilayah overvalued karena premium yang signifikan. Sekera menambahkan bahwa banyak saham consumer defensive yang lebih kecil sebenarnya memiliki valuasi lebih menarik.
Saatnya Mulai Berinvestasi?
Apakah valuasi yang lebih murah berarti ini saat yang tepat untuk berbelanja saham? Sekera menyarankan agar investor menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum masuk ke pasar secara agresif. “Kita butuh pasar untuk stabil dan mulai menunjukkan tren kenaikan,” katanya. “Jika level saat ini bisa bertahan, kemungkinan pasar akan tetap baik sampai memasuki earnings season berikutnya.” Namun, jika tekanan jual berlanjut, investor harus siap menghadapi kemungkinan penurunan lebih lanjut.
Dalam strategi investasinya, Sekera tetap merekomendasikan overweight pada value stocks dan small-cap stocks, yang saat ini diperdagangkan lebih menarik dibanding valuasi Morningstar. Sebaliknya, ia menyarankan underweight pada growth stocks dan large-cap stocks, yang masih memiliki valuasi relatif lebih tinggi.
Bagi investor jangka panjang, penurunan valuasi ini bisa menjadi peluang untuk masuk ke pasar dengan harga lebih menarik. Namun, tetap diperlukan analisis menyeluruh agar dapat mengambil keputusan investasi yang lebih bijak di tengah volatilitas yang masih tinggi.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.