Invest
Trade Crypto
Futures
Explore
Wallet
Learning Hub
Regulation & Security
Download Reku Apps
google-icon

Analysis

Publikasi (Deep Dives)
Analisa Kripto
Analisa Makro
Ringkasan Reku
Update Saham AS
Analisa Saham AS
Update Kripto
Harga Bitcoin Melemah, Imbas Meningkatnya Kekhawatiran Investor Terhadap Inflasi?
Analisa Makro
Share!

Harga Bitcoin Melemah, Imbas Meningkatnya Kekhawatiran Investor Terhadap Inflasi?

08 January 2025
3 min read
Harga Bitcoin Melemah, Imbas Meningkatnya Kekhawatiran Investor Terhadap Inflasi?

Pasar kripto terkoreksi cukup dalam pasca rilis beberapa data ekonomi AS tadi malam waktu Indonesia. Bitcoin yang sempat mengalami kenaikan di atas $100 ribu kembali turun ke level $96 ribu. Penurunan tersebut turut diiringi dengan penurunan mayoritas aset kripto di pasar termasuk aset kripto besar lainnya seperti DOGE, AVAX, LINK, DOT, dan UNI yang masing-masing mengalami penurunan lebih dari 10% dalam 24 jam terakhir.

Penurunan juga terjadi di pasar saham AS yang ditutup di zona merah pada Selasa (7/1) kemarin waktu setempat. Penurunan terbesar terjadi pada sektor teknologi, dengan indeks Nasdaq Composite anjlok sekitar 1,9%. Saham Nvidia (NVDA), yang sebelumnya mencetak rekor harga penutupan, merosot lebih dari 6% terlepas dari adanya paparan perusahaan terkait rencana besarnya di bidang AI.

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun naik sekitar 7 basis poin, mendekati level 4,7%. Kenaikan tersebut mengindikasikan kemungkinan meningkatnya keraguan investor terhadap potensi berlanjutnya tren penurunan suku bunga The Fed.

Tekanan yang terjadi di pasar besar kemungkinan dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor terhadap potensi naiknya inflasi AS yang mungkin akan membuat The Fed tidak lagi melanjutkan penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC akhir bulan ini. Indikasi inflasi yang meningkat dapat dilihat dari beberapa data ekonomi yang dirilis tadi malam diantaranya seperti aktivitas sektor jasa yang melonjak ke level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir, defisit perdagangan yang melebar sebesar $4,6 miliar menjadi $78,2 miliar, dan jumlah rekrutmen tenaga kerja yang turun 125 ribu menjadi 5,269 juta.

Aktivitas sektor jasa di AS meningkat pada bulan Desember, menunjukkan kondisi permintaan yang masih kuat. Namun, biaya input untuk bisnis jasa juga melonjak, yang mengindikasikan kondisi inflasi yang masih tetap tinggi. Laporan Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa indeks PMI sektor jasa naik dari 52,1 pada November menjadi 54,1 di Desember, melampaui perkiraan ekonom yang memproyeksikan angka 53,3. Indeks harga yang dibayarkan (prices paid) untuk sektor jasa melonjak dari 58,2 di bulan November menjadi 64,4 di Desember, yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2023. Kenaikan tersebut menyoroti tantangan inflasi yang masih kuat sejalan dengan pandangan The Fed untuk mengurangi pelonggaran di tahun ini.


Sumber: Reuters

Di sisi lain, kondisi neraca perdagangan AS juga tidak kalah mengkhawatirkan, meskipun masih berada pada kondisi yang cukup stabil. Pelebaran defisit yang disebabkan oleh peningkatan impor yang lebih tinggi dapat menjadi faktor pendukung arah kebijakan presiden AS terpilih, Donald Trump, untuk menaikkan tarif, yang jika terjadi, memiliki potensi signifikan untuk turut mendorong kenaikan inflasi ke depan.

Kenaikan tarif impor, apabila diberlakukan, juga dapat turut berdampak pada sektor tenaga kerja. Data pasar tenaga kerja AS pada November 2024 yang dirilis malam tadi menunjukkan pertumbuhan rekrutmen pekerja yang mulai melambat dengan turunnya jumlah rekrutmen sebesar 125.000, meskipun jumlah lowongan pekerjaan mengalami peningkatan sebesar 259.000 menjadi 8,098 juta. Situasi tersebut mungkin mengindikasikan meningkatnya kehati-hatian para pelaku usaha di tengah outlook ekonomi yang beragam saat ini. Jika sektor tenaga kerja tertekan di tengah indeks harga yang masih tinggi, maka pelemahan daya beli dapat terjadi yang berpotensi membuat investor kembali mengalokasikan aset ke instrumen risk off, yang akan berdampak negatif bagi instrumen berisiko seperti aset kripto dan saham.

Rilis data inflasi CPI AS pada 15 Januari pekan depan akan menjadi momentum krusial menjelang penentuan kebijakan suku bunga AS pada 29 Januari nanti. Jika ternyata inflasi CPI menunjukkan kenaikan yang cukup minim atau bahkan tidak mengalami kenaikan, maka sentimen pasar besar kemungkinan akan kembali bullish. Namun, melihat perkembangan yang ada saat ini, kemungkinan sepertinya akan lebih mengarah kepada kenaikan moderat yang akan membuat The Fed menahan suku bunga di bulan ini.

Di tengah dinamika dan outlook tersebut, momentum pelantikan Donald Trump pada 20 Januari berpotensi memberikan katalis positif bagi pasar kripto. Adanya kebijakan atau inisiatif baru yang lebih suportif bagi pasar kripto oleh pemerintah AS di bawah kepemimpinan Trump akan menjadi faktor penting berlanjutnya reli yang ada saat ini. Mempertimbangkan situasi yang terjadi pada 2024 di mana situasi suku bunga tinggi turut mengiringi fase bullish yang ada, bukan tidak mungkin reli akan berlanjut dan Bitcoin kembali mencetak rekor harga tertinggi baru di tengah situasi suku bunga yang ada.  

Cek Harga Bitcoin!

 

 

Disclaimer: Pergerakan harga aset crypto sangat fluktuatif, harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu. Pergerakan harga aset crypto dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus Anda gali informasinya. Investasi aset Anda di aset crypto merupakan investasi beresiko tinggi. Semua keputusan jual beli aset crypto Anda merupakan keputusan Anda sendiri dan tidak dipengaruhi oleh pihak lain. Artikel ini hanya bersifat informasional dan bukan merupakan saran atau rekomendasi investasi.

AuthorFahmi
Share!
Analysis
Find out the latest Crypto analysis info
Blog
Learn more about crypto
FAQ
Find out the latest Crypto and Stock news
Market
Start exploring and investing in Crypto assets and US Stocks on Reku