Invest
Trade Crypto
Futures
Explore
Wallet
Learning Hub
Regulation & Security
Download Reku Apps
google-icon

Analysis

Publikasi (Deep Dives)
Analisa Kripto
Analisa Makro
Ringkasan Reku
Update Saham AS
Analisa Saham AS
Update Kripto
Tesla Kehilangan Pangsa Pasar Akibat Penurunan Penjualan dan Citra Elon Musk
Analisa Saham AS
Share!

Tesla Kehilangan Pangsa Pasar Akibat Penurunan Penjualan dan Citra Elon Musk

08 July 2025
4 min read
Tesla Kehilangan Pangsa Pasar Akibat Penurunan Penjualan dan Citra Elon Musk

Tesla Inc., perusahaan yang selama ini dikenal sebagai pionir kendaraan listrik (EV), kini tengah berada dalam tekanan yang besar. Tak hanya karena kontroversi politik dari sang CEO Elon Musk, namun juga karena melemahnya daya saing produk, penurunan pangsa pasar, dan meningkatnya ancaman dari produsen mobil China seperti BYD dan Xiaomi.

Penjualan Tesla Terus Menurun

Data terbaru menunjukkan bahwa penjualan Tesla mengalami penurunan selama dua tahun berturut-turut. Pada kuartal pertama 2025, volume pengiriman kendaraan Tesla mencapai titik terendah dalam hampir tiga tahun. Ini sebagian disebabkan oleh proses retooling di pabrik-pabrik mereka untuk memperkenalkan versi facelift dari Model Y. Namun, alih-alih bangkit, pengiriman global Tesla justru turun 13% year-on-year pada kuartal kedua 2025.

Di Eropa, penjualan Tesla sangat terpukul. Registrasi kendaraan Tesla anjlok 37% selama lima bulan pertama tahun ini, padahal secara keseluruhan pasar EV di Eropa justru tumbuh 28%. Kondisi ini mempertegas bahwa masalah Tesla bukan hanya sementara, tetapi struktural.

Kompetitor China Makin Mendominasi

Sementara Tesla masih mengandalkan lini produk yang relatif tua—Model S (2012), Model X (2015), Model 3 (2017), Model Y (2020), dan Cybertruck (2023)—pesaing dari China terus meluncurkan model baru dengan harga yang lebih terjangkau dan teknologi yang tidak kalah mutakhir.

Pada April 2025, BYD untuk pertama kalinya menjual lebih banyak kendaraan listrik murni di Eropa dibanding Tesla. Di sisi lain, Xiaomi—perusahaan yang dikenal sebagai produsen smartphone—mengguncang pasar dengan peluncuran SUV listrik YU7 seharga sekitar $35.000. Hanya dalam satu jam, Xiaomi menerima hampir 300.000 pre-order.

Sementara itu, janji Elon Musk untuk merilis mobil listrik murah di bawah $30.000 yang pertama kali diumumkan dalam “Master Plan” tahun 2006 belum juga terwujud. Sebaliknya, Tesla malah fokus meluncurkan Cybertruck yang mahal dan tidak sesuai ekspektasi volume produksi.

Masalah di Pasar AS dan China

Di Amerika Serikat, Tesla masih menjadi merek EV terlaris. Namun, dominasi itu mulai memudar. Cox Automotive memperkirakan penjualan Tesla di AS turun 15% pada semester pertama 2025. Pangsa pasar Tesla di segmen EV telah turun drastis dari lebih dari 75% pada 2022 menjadi kurang dari 50% pada 2024.

Sementara itu, di China—pasar EV terbesar di dunia—Tesla juga mengalami tekanan berat. Pengiriman dari pabrik Shanghai mengalami penurunan selama delapan bulan berturut-turut secara year-on-year sebelum akhirnya sedikit pulih pada Juni 2025. Penurunan ini mencerminkan ketatnya persaingan dari produsen lokal China yang tumbuh pesat dan agresif.

Citra Tesla Tergerus karena Politik Elon Musk

Selain masalah produk dan persaingan, citra Tesla juga terkena dampak dari manuver politik Elon Musk. Kedekatannya dengan mantan Presiden Donald Trump dan partai Republik telah menciptakan resistensi dari konsumen di pasar utama seperti California. Sepanjang 2024, registrasi Tesla di negara bagian tersebut turun dalam empat kuartal berturut-turut.

Gerakan “Tesla Takedown” muncul sebagai bentuk protes terhadap kebijakan dan komentar Musk. Aksi ini memicu boikot terhadap produk dan saham Tesla serta serangkaian vandalisme di showroom perusahaan.

Hubungan Musk dan Trump pun kini renggang setelah perbedaan sikap terhadap kebijakan pajak. Hal ini berdampak pada potensi hilangnya insentif pajak sebesar $7.500 untuk pembelian EV, yang selama ini membantu meningkatkan daya tarik produk Tesla. Selain itu, dengan pemerintahan baru yang berencana melonggarkan regulasi emisi dan efisiensi bahan bakar, pendapatan Tesla dari penjualan regulatory credit—yang mencapai $2,8 miliar pada 2024—berpotensi terdampak signifikan.

Upaya Pemulihan Tesla

Elon Musk kini mengambil alih langsung pengawasan penjualan Tesla di AS dan Eropa setelah kepergian Omead Afshar. Di saat yang sama, perusahaan juga kehilangan sejumlah eksekutif kunci seperti Milan Kovac (kepala rekayasa robot Optimus) dan David Lau (pemimpin divisi software).

Sementara itu, Musk semakin gencar menjual narasi masa depan Tesla melalui teknologi otonom dan robotika. Tesla baru-baru ini meluncurkan layanan robotaxi pertamanya di Austin, Texas, namun skalanya masih sangat terbatas. Beberapa kendaraan bahkan tertangkap kamera melanggar aturan lalu lintas, yang menimbulkan kekhawatiran regulator.

Tesla juga memperkenalkan prototipe Cybercab—mobil tanpa setir dan pedal—yang akan menjadi bagian dari jaringan ride-hailing otonom. Namun, hingga kini belum ada kejelasan kapan teknologi ini bisa benar-benar mendatangkan pendapatan yang signifikan.

Realita Finansial Berbeda dari Narasi

Di tengah semua tantangan tersebut, valuasi pasar Tesla masih berada di kisaran $1 triliun. Namun, valuasi tinggi ini lebih mencerminkan optimisme terhadap visi jangka panjang Musk ketimbang performa bisnis inti perusahaan.

Pengiriman kendaraan tahunan diproyeksikan kembali turun di bawah 1,75 juta unit pada 2025. Pangsa pasar Tesla di AS dan Eropa terus menurun, dan dominasi mereka di China makin terancam. Kompetitor menawarkan produk lebih murah, lebih cepat dikembangkan, dan tanpa beban kontroversi politik.

Reku Takeaway

Tesla kini berada di titik kritis. Strategi “less is more” yang dulu menjadi kekuatan, kini menjadi kelemahan. Sementara dunia bergerak cepat dengan EV yang lebih murah dan lebih fleksibel, Tesla masih menjual mimpi masa depan lewat robot dan mobil otonom yang belum terbukti memberikan kontribusi pendapatan.

Dengan tekanan di hampir semua lini bisnis, investor perlu mengevaluasi ulang apakah valuasi Tesla saat ini masih masuk akal atau hanya cerminan dari ekspektasi terhadap visi yang belum tentu terwujud.

Jika Tesla tak segera menyesuaikan diri dengan realitas pasar, dominasi mereka di industri kendaraan listrik bisa segera menjadi bagian dari masa lalu.

 

Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang! 

Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!

 

Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.

Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.

Stephanus Renaldi
AuthorStephanus Renaldi
Share!
Analysis
Find out the latest Crypto analysis info
Blog
Learn more about crypto
FAQ
Find out the latest Crypto and Stock news
Market
Start exploring and investing in Crypto assets and US Stocks on Reku