Walau Terkoreksi, Bitcoin Masih Jadi Pilihan Investasi Menarik di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Jakarta, 3 April 2024 – Bitcoin terkoreksi 5,64% ke level USD 65.503 atau setara Rp 1,03 Miliar (CoinMarketCap, Selasa, 3/4 pukul 08.30 WIB).
Merespon kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan koreksi Bitcoin di periode ini didorong oleh aliran dana (netflow) ETF Bitcoin Spot pada tanggal 1 April lalu minus USD 85,7 juta, yang mana menjadi netflow negatif pertama sejak netflow positif pada 25 Maret.
Fahmi mengatakan koreksi yang terjadi tidak lantas membuat Bitcoin menjadi kurang menarik atau dapat disimpulkan sebagai perubahan arah tren. Sebab Bitcoin masih menarik sebagai instrumen investasi, khususnya dengan dinamika ekonomi dunia yang masih berkutat dengan inflasi dan tantangan pertumbuhan.
“Kondisi perekonomian internasional dan nasional masih dibayang-bayangi keberhasilan upaya menurunkan inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang turut berpengaruh pada iklim investasi. Pasalnya, suku bunga tinggi 5% atau lebih The Fed yang telah berlangsung sejak akhir Maret 2023 atau telah menginjak periode satu tahun saat ini, masih belum mampu menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan,” ungkap Fahmi.
Di tingkat domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengumumkan inflasi Ramadan tahun ini naik lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu, yakni 0,52%. Ini menggambarkan baik kondisi ekonomi global dan nasional masih belum sepenuhnya lepas dari permasalahan inflasi.
“Situasi yang terjadi menggarisbawahi pentingnya diversifikasi investasi ke kelas aset global yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kondisi ekonomi tradisional. Bitcoin menjadi instrumen yang dapat memenuhi kriteria tersebut. Oleh sebab itu saat ini banyak investor institusi di Amerika yang mulai mengadopsi Bitcoin dan menyarankan kliennya untuk mengalokasikan setidaknya 1% dari portofolio investasinya di Bitcoin,” kata Fahmi.
Periode pasca pandemi Covid-19, lanjut Fahmi, di mana likuiditas mulai menurun imbas peningkatan suku bunga juga menyoroti tantangan yang dihadapi para pelaku usaha. “Ketika pandemi, uang fiat disirkulasikan dengan optimal untuk mendorong daya beli. Namun pasca periode new normal, likuiditas mulai berkurang dan berdampak pada kekuatan konsumsi domestik, selain juga karena inflasi yang terjadi. Hal ini memberikan tantangan lebih bagi para pelaku bisnis untuk menjaga pertumbuhan laba. Membuat investasi di sektor tradisional menjadi lebih menantang,” tambahnya
Bitcoin sebagai aset yang unik, memiliki potensi sebagai instrumen yang dapat melindungi investor dari risiko inflasi dan tantangan pertumbuhan ekonomi tersebut. “Bitcoin terus mencatat pertumbuhan yang menarik karena ketahanannya terhadap tekanan ekonomi global. Bitcoin tidak terhubung dengan sektor perekonomian tertentu, negara tertentu, atau institusi tertentu dan diperdagangkan selama 24 jam non-stop di seluruh dunia.” imbuh Fahmi.
Sejumlah perusahaan global pun juga telah mengumumkan kepemilikan Bitcoinnya seperti Tesla, Microsoft, Paypal, dan beberapa lainnya. “Ini menggambarkan bahwa adopsi Bitcoin terus meningkat bahkan untuk pelaku bisnis. Sehingga teknologi Bitcoin bukan hanya dapat digunakan untuk implementasi teknologi blockchain, namun juga melindungi nilai aset dan kekayaan perusahaan,” lanjutnya.
Bagi investor yang belum berinvestasi di Bitcoin, Fahmi menegaskan bahwa saat ini masih belum terlambat untuk berinvestasi, terutama di saat Bitcoin tengah terkoreksi. “Menabung Bitcoin berpotensi menjadi solusi alternatif di tengah permasalahan inflasi dan ketidakpastian situasi ekonomi. Saat terkoreksi, investor juga memiliki peluang untuk membeli Bitcoin di harga yang lebih rendah. Tentunya dalam berinvestasi Bitcoin, pastikan memilih platform investasi dan jual-beli Bitcoin serta aset kripto lainnya yang terdaftar di Bappebti, seperti Reku,” ungkapnya.
Terlebih, halving Bitcoin sebagai momentum empat tahunan juga berpotensi meningkatkan nilai kelangkaan Bitcoin karena tingkat inflasi Bitcoin dipotong setengahnya.
“Secara historis, halving Bitcoin biasanya menjadi momentum yang mengawali pertumbuhan nilai Bitcoin yang cukup signifikan. Namun investor tetap harus bijak dalam berinvestasi. Jika investor ingin memulai berinvestasi Bitcoin, dapat melakukan riset terlebih dahulu dan melakukan Investor Personality Test seperti yang tersedia di Reku. Dengan begitu, calon investor bisa lebih cermat dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan risk appetite masing-masing,” kata Fahmi.
***
Tentang Reku
Reku (sebelumnya Rekeningku.com) merupakan platform pertukaran aset kripto yang berbasis di Indonesia, melayani pasar lokal lebih dari 700 ribu pengguna kripto terdaftar. Pengguna Reku dapat dengan mudah berinvestasi, membeli dan menjual Bitcoin, Ethereum, dan aset kripto lainnya dengan mudah, aman, dan sesuai regulasi Badan Pengawas Perdagangan Komoditas dan Berjangka (BAPPEBTI). Reku juga merupakan fintech kripto pertama yang mendapatkan persetujuan staking dari BAPPEBTI.
Reku memiliki misi untuk mengajak masyarakat Indonesia jadi #InvestorBeneran yang lebih melek dan kritis dalam berinvestasi aset kripto. Dengan semangat tersebut, Reku membangun ekosistem yang menyediakan kebutuhan atas informasi dan analisis yang kredibel, akses mudah dan terjangkau untuk masyarakat Indonesia, dan tetap memastikan seluruh layanan dan produk yang diberikan terdaftar, diawasi, dan sesuai dengan regulasi pemerintah.