Alasan Trump Menggandakan Tarif Baja dan Aluminium Jadi 50%

Presiden Donald Trump kembali mengejutkan dunia perdagangan internasional dengan menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%, efektif mulai 4 Juni 2025. Kenaikan tarif ini adalah bagian dari strategi Trump untuk “melindungi keamanan nasional” dan menghidupkan kembali industri logam dalam negeri Amerika Serikat.
Namun, keputusan ini muncul di tengah ketegangan perdagangan yang meningkat, menjelang batas waktu 9 Juli 2025, ketika AS dan mitra dagangnya harus menyelesaikan negosiasi mengenai tarif “resiprokal”. Inggris, misalnya, saat ini masih menikmati tarif 25%, namun akan terkena tarif 50% jika kesepakatan tidak tercapai sebelum batas waktu tersebut.
Tarif 50%: Langkah Drastis Demi Produksi Lokal
Trump menyatakan bahwa tarif sebelumnya sebesar 25% belum mampu mendorong produsen baja dan aluminium domestik untuk meningkatkan produksi secara signifikan. Dalam pidatonya di pabrik United States Steel Corp. di Pennsylvania pada 30 Mei 2025, ia mengatakan:
“It’s at 25%, they can sort of get over that fence; at 50% they can no longer get over the fence.”
Dengan tarif 50%, Trump berharap produk impor menjadi cukup mahal sehingga produsen lokal dapat bersaing kembali.
Apa Saja yang Terdampak?
Tarif baru ini tidak hanya berlaku untuk baja dan aluminium dalam bentuk mentah, tapi juga berbagai produk turunan yang mengandung kedua logam tersebut — mulai dari mobil, rangka jendela, gedung pencakar langit, hingga berbagai peralatan rumah tangga.
Dengan cakupan yang luas ini, tarif tersebut diperkirakan akan menaikkan harga barang konsumsi bagi masyarakat AS.
Tarif impor yang lebih tinggi berdampak positif bagi produsen baja dan aluminium domestik seperti Nucor (NUE) karena produk impor menjadi lebih mahal, sehingga meningkatkan daya saing produk lokal.
Sebaliknya, sektor manufaktur dan konstruksi seperti Caterpillar (CAT), Deere & Co. (DE), General Motors (GM), Ford (F), Boeing (BA), dan 3M (MMM) berpotensi terdampak negatif akibat kenaikan biaya bahan baku baja dan aluminium.
Apakah Tarif Ini Legal?
Tarif ini diberlakukan berdasarkan Section 232 dari hukum perdagangan AS, yang memungkinkan presiden menetapkan tarif demi alasan keamanan nasional. Meski Trump menghadapi kekalahan di pengadilan terkait tarif lain yang diumumkan di bawah hukum darurat, keputusan pengadilan federal pada 28 Mei 2025 tidak membatalkan tarif logam ini karena dasar hukumnya berbeda dan dianggap lebih kuat secara legal.
Fakta Produksi: Sudahkah Tarif 2018 Membuahkan Hasil?
Saat pertama kali menerapkan tarif baja dan aluminium sebesar 25% pada 2018, Trump berjanji hal ini akan mendorong produksi logam domestik. Namun menurut data terakhir:
- Produksi baja AS pada tahun 2024 justru 1% lebih rendah dibanding tahun 2017, sebelum tarif diberlakukan.
- Produksi aluminium bahkan turun hampir 10% dalam periode yang sama.
Dengan kata lain, tarif sebelumnya belum mencapai target awalnya.
Data Impor AS: Ketergantungan Masih Tinggi
Menurut Morgan Stanley, lebih dari 80% aluminium yang digunakan di AS masih berasal dari impor, sementara kurang dari 20% baja berasal dari luar negeri.
Impor Aluminium AS (2024):
- Kanada: 58%
- Uni Emirat Arab: 6%
- China: 4%
Impor Baja AS (2024):
- Kanada: 23%
- Brasil: 16%
- Meksiko: 12%
- Korea Selatan: 10%
Kanada adalah mitra dagang yang paling terpapar risiko dari tarif baru ini, karena merupakan pemasok utama untuk kedua logam.
Mengapa Kanada Begitu Penting?
Salah satu alasan utama Kanada tetap menjadi mitra penting adalah biaya produksi. Pabrik aluminium di Kanada memanfaatkan pembangkit listrik tenaga air (hydropower) yang murah, yang membuatnya jauh lebih efisien dibandingkan dengan produksi di AS yang menghadapi biaya tenaga kerja dan energi tinggi.
Dampak Luas pada Konsumen AS
Kenaikan tarif ini dikhawatirkan akan memicu kenaikan harga barang yang menggunakan bahan baku baja dan aluminium — mulai dari mobil, peralatan elektronik, hingga gedung. Bahkan, harga bahan pokok seperti makanan dan BBM juga bisa ikut terdampak karena rantai pasok yang terhubung.
Namun, pejabat administrasi Trump membela kebijakan ini dengan menyatakan bahwa tarif adalah bagian dari strategi ekonomi besar yang mencakup:
- Pemotongan pajak yang lebih luas
- Peningkatan produksi energi domestik
Mereka percaya strategi ini pada akhirnya akan menurunkan biaya hidup secara keseluruhan.
Reku Takeaway
Dengan pemilu semakin dekat, kebijakan ini bisa dibaca sebagai langkah Trump untuk meraih simpati dari kawasan industri yang terpukul — terutama di negara bagian seperti Pennsylvania dan Ohio. Namun, data menunjukkan bahwa tarif sebelumnya tidak berhasil mendorong peningkatan produksi seperti yang dijanjikan.
Kini, dengan tarif dinaikkan menjadi 50%, AS mengambil risiko besar: memperkuat industri dalam negeri, atau justru memperburuk tekanan inflasi dan hubungan perdagangan global.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.