Apa Itu Oversold? Pengertian dan Cara Memanfaatkannya

Pernah nggak sih kamu melihat harga saham atau aset kripto turun terus tanpa henti, sampai kamu berpikir, “Wah, ini udah murah banget kayaknya”? Nah, kondisi seperti itu bisa jadi tanda bahwa aset tersebut sedang oversold. Dalam dunia trading, memahami kapan harga sudah terlalu rendah bisa jadi kunci buat menentukan waktu terbaik membeli.
Tapi jangan buru-buru dulu, meskipun oversold adalah sinyal yang menarik, nggak semua kondisi ini berarti harga akan langsung naik. Ada banyak faktor yang perlu kamu pahami sebelum mengambil keputusan. Yuk, bahas lebih dalam apa itu oversold, gimana cara mengenalinya, dan bagaimana kamu bisa memanfaatkannya dalam strategi tradingmu.
Apa Itu Oversold?
Dalam dunia saham maupun aset kripto, istilah oversold sering muncul sebagai sinyal penting bagi trader dan investor. Secara sederhana, oversold adalah kondisi di mana harga suatu aset sudah turun terlalu dalam hingga dianggap berada di bawah nilai wajarnya. Artinya, aset tersebut mungkin sudah “terlalu murah” dan berpotensi mengalami rebound atau kenaikan harga kembali.
Namun, memahami bahwa oversold adalah tanda harga murah saja tidak cukup. Dibalik kondisi ini, terdapat faktor psikologis pasar dan teknikal yang perlu kamu pahami agar keputusan investasimu tidak sekadar berdasarkan emosi.
Bagaimana Oversold Terjadi
Kondisi oversold bisa terjadi karena tekanan jual yang terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, ketika sentimen pasar sedang negatif, banyak trader memilih menjual asetnya secara bersamaan. Akibatnya, harga terus turun hingga melampaui nilai fundamentalnya.
Selain itu, kondisi ekonomi global, berita negatif, atau penurunan performa perusahaan juga bisa mempercepat terjadinya oversold. Di pasar kripto, fenomena ini bahkan bisa terjadi lebih cepat karena volatilitasnya yang tinggi.
Jadi, oversold adalah bukan sekadar angka di grafik, tapi cerminan dari perilaku dan psikologi pelaku pasar yang sedang “takut” atau kehilangan kepercayaan sementara terhadap suatu aset.
Indikator untuk Menentukan Oversold
Untuk mengenali apakah suatu aset sedang oversold, trader biasanya menggunakan beberapa indikator teknikal. Berikut adalah dua indikator yang paling populer:
- Relative Strength Index (RSI)
RSI adalah indikator yang paling umum digunakan untuk mengukur kondisi overbought (kelebihan beli) dan oversold. Nilai RSI berkisar antara 0–100. Jika RSI berada di bawah 30, artinya aset berada dalam kondisi oversold. Sebaliknya, jika RSI di atas 70, artinya aset sedang overbought.
Jadi, ketika RSI sudah terlalu rendah, itu bisa jadi pertanda bahwa harga aset kemungkinan akan segera berbalik naik. Namun, sinyal ini tidak boleh dijadikan acuan tunggal tanpa konfirmasi lain.
- Stochastic Oscillator
Indikator ini membandingkan harga penutupan aset dengan rentang harga dalam periode waktu tertentu. Jika nilainya di bawah 20, maka aset dianggap oversold. Jika nilainya di atas 80, maka aset dianggap overbought. Kombinasi antara RSI dan Stochastic sering digunakan oleh trader berpengalaman untuk memperkuat sinyal pembalikan harga.
Cara Memanfaatkan Kondisi Oversold dalam Trading
Sekarang setelah kamu tahu bahwa oversold adalah sinyal potensi pembalikan harga, bagaimana cara memanfaatkannya?
1. Gunakan Sebagai Momentum Entry
Banyak trader melihat oversold sebagai kesempatan membeli di harga murah. Namun, penting untuk menunggu konfirmasi dari pergerakan harga sebelum benar-benar masuk pasar. Misalnya, tunggu hingga RSI mulai naik dari bawah 30 menuju ke atas sebagai tanda momentum mulai berbalik.
2. Gabungkan dengan Analisis Fundamental
Jangan hanya mengandalkan indikator teknikal. Cek juga kondisi fundamental aset tersebut. Apakah penurunannya disebabkan oleh masalah sementara atau justru ada perubahan besar yang bisa memengaruhi nilainya dalam jangka panjang?
3. Gunakan Manajemen Risiko
Meskipun oversold adalah sinyal yang menarik, tidak berarti harga pasti akan naik setelahnya. Selalu siapkan stop loss untuk membatasi potensi kerugian, terutama di pasar yang volatil seperti kripto.
Perbedaan Oversold dan Overbought
Biar lebih jelas, kamu juga perlu tahu perbedaan antara oversold dan overbought.
- Oversold berarti harga sudah turun terlalu rendah dan mungkin akan naik.
- Overbought berarti harga sudah naik terlalu tinggi dan berpotensi turun.
Keduanya adalah kondisi ekstrem yang sering digunakan trader untuk memperkirakan potensi pembalikan arah pasar. Jadi, memahami kedua istilah ini akan membantumu membaca pergerakan pasar dengan lebih tajam.
Kesalahan Umum Saat Mengartikan Oversold
Banyak trader pemula terjebak karena salah menafsirkan kondisi oversold. Berikut beberapa kesalahan umum yang sebaiknya kamu hindari:
- Langsung membeli tanpa konfirmasi sinyal. Harga bisa tetap turun meskipun sudah oversold.
- Mengabaikan faktor berita atau sentimen pasar. Kadang penurunan harga disebabkan oleh hal besar seperti kebijakan pemerintah atau peretasan bursa kripto.
- Tidak disiplin dengan batas risiko. Rasa yakin berlebihan sering membuat trader tidak menyiapkan rencana cadangan jika harga terus jatuh.
Ingat, oversold adalah sinyal yang membantu, bukan jaminan bahwa harga akan berbalik.
Secara singkat, oversold adalah kondisi ketika suatu aset dianggap terlalu murah akibat tekanan jual yang berlebihan. Biasanya, hal ini menjadi tanda awal potensi pembalikan arah harga, tapi tetap perlu dikonfirmasi dengan indikator lain dan analisis menyeluruh.
Bagi kamu yang tertarik mendalami strategi seperti ini, penting untuk selalu berinvestasi dengan bijak dan tidak terburu-buru mengambil keputusan. Pasar bisa berubah cepat, tapi pemahaman yang matang akan selalu membantumu bertahan.
Kalau kamu ingin memperdalam strategi dan memahami cara berinvestasi kripto dengan lebih aman, kamu bisa baca artikel menarik tentang tips buat investor kripto.
Aplikasi Crypto Indonesia untuk Staking dan Trading
Gabung bersama jutaan pengguna lain di Reku, aplikasi crypto Indonesia yang menawarkan fitur staking crypto dan trading yang aman. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi!