Invest
Trade Crypto
Futures
Explore
Wallet
Learning Hub
Regulation & Security
Download Reku Apps
google-icon

Analysis

Analisa Saham AS
Update Kripto
Publikasi (Deep Dives)
Analisa Kripto
Analisa Makro
Ringkasan Reku
Update Saham AS
Ancaman Delisting Saham China dari Bursa AS di Tengah Perang Dagang Trump
Analisa Saham AS
Share!

Ancaman Delisting Saham China dari Bursa AS di Tengah Perang Dagang Trump

27 May 2025
4 min read
Ancaman Delisting Saham China dari Bursa AS di Tengah Perang Dagang Trump

Ketegangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, dan kali ini bukan hanya soal tarif impor. Hampir 300 perusahaan China yang terdaftar di bursa saham AS menghadapi ancaman serius: kemungkinan dihapus dari pasar modal AS, termasuk raksasa seperti Alibaba Group Holding Ltd. dan JD.com Inc..

Mengapa Saham China Terancam Didepak dari Wall Street?

Ancaman ini mencuat kembali setelah Presiden Donald Trump menerbitkan memorandum pada Februari yang menekankan kebijakan “America First Investment Policy.” Dalam dokumen tersebut, China disebut sebagai musuh asing, dan pemerintahan Trump berniat mencegah investor AS secara tidak langsung mendanai strategi “Military-Civil Fusion” milik Beijing — di mana perusahaan sipil mendukung operasi militer dan intelijen.

Selain itu, Trump juga menyoroti penggunaan struktur hukum kompleks oleh perusahaan China yang dikenal sebagai variable interest entities (VIEs). Struktur ini memungkinkan perusahaan China mencatatkan saham di AS melalui entitas cangkang di negara surga pajak seperti Kepulauan Cayman atau British Virgin Islands, tanpa memberi kepemilikan langsung atas perusahaan induk di China. Menurut US-China Economic and Security Review Commission, lebih dari separuh dari 286 perusahaan China yang terdaftar di AS per Maret 2025 menggunakan struktur VIE ini.

Masalah Audit dan Regulasi

Isu audit menjadi titik panas sejak lama. Pada 2020, Kongres AS mengesahkan Holding Foreign Companies Accountable Act yang memberi kewenangan kepada SEC (Securities and Exchange Commission) untuk mendelisting perusahaan asing jika auditor mereka tidak dapat diperiksa selama dua tahun berturut-turut. Meskipun isu ini dianggap selesai pada 2022 setelah adanya kesepakatan audit antara kedua negara, kembalinya Trump ke Gedung Putih membangkitkan kembali kekhawatiran akan aksi delisting massal.

Trump juga mempertimbangkan untuk melarang penggunaan VIE secara total, yang dapat memicu gelombang penghapusan pencatatan dari bursa AS lebih cepat dibanding menunggu hasil investigasi audit yang bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Dukungan Politik dan Ancaman Keamanan Nasional

Sejumlah politisi garis keras di Washington mendukung penuh upaya ini. Mereka menilai bahwa dana investor AS secara tidak langsung digunakan untuk mendanai teknologi militer China, dan kepemilikan saham melalui struktur VIE dianggap memiliki dasar hukum yang lemah.

Awal Mei lalu, sekelompok legislator Partai Republik mendesak SEC untuk mendelisting 25 perusahaan China, termasuk Baidu Inc., Pony AI Inc., dan Weibo Corp., karena dianggap memiliki keterkaitan dengan militer China.

Dampaknya Bagi Perusahaan China dan Investor

Penghapusan dari bursa AS berarti perusahaan-perusahaan tersebut kehilangan akses ke pasar modal AS yang dalam dan likuid. Beberapa perusahaan seperti PDD Holdings, Vipshop Holdings, dan TAL Education yang belum memiliki pencatatan ganda di luar AS sangat rentan. Menurut analis JPMorgan Chase & Co., penghapusan ini dapat memicu arus keluar dana sebesar $11 miliar dari reksa dana pasif global karena saham-saham ini dikeluarkan dari indeks acuan.

Untuk mengantisipasi risiko ini, banyak perusahaan China telah melakukan pencatatan sekunder di Hong Kong sejak masa jabatan pertama Trump. Bahkan, Alibaba telah menjadikan pencatatan di Hong Kong sebagai pencatatan utama agar bisa mengakses pasar modal Tiongkok melalui program Stock Connect.

Namun, likuiditas di Hong Kong tetap lebih rendah. Menurut data Morgan Stanley, volume perdagangan harian untuk American Depositary Receipts (ADR) Alibaba dan JD.com di New York 80% lebih tinggi dibanding saham mereka di Hong Kong.

Dampak untuk Investor Amerika

Investor AS, terutama individu dan institusi yang tidak bisa berinvestasi di luar negeri, akan kesulitan untuk memindahkan kepemilikan mereka jika saham-saham ini didepak. Untuk perusahaan yang memiliki pencatatan ganda, seperti Alibaba, saham ADR bisa dikonversi ke saham di Hong Kong. Namun proses ini rumit dan tidak semua investor memiliki akses ke broker internasional.

Dalam skenario ekstrem, menurut analis Goldman Sachs, investor AS bisa dipaksa menjual lebih dari $800 miliar aset yang mencakup:

  • $250 miliar dalam bentuk ADR China,
  • $522 miliar saham China di Hong Kong,
  • serta sekitar 0,5% dari total saham di daratan China.

Jika pemerintah China membalas dengan menjual aset finansial AS, nilai jual yang diprediksi bisa mencapai $370 miliar saham AS.

Bagaimana Proses Delisting Bisa Dilakukan?

SEC memiliki berbagai opsi:

  • Memerintahkan bursa seperti NYSE dan Nasdaq untuk menghentikan pencatatan saham China.
  • Membatalkan registrasi perdagangan perusahaan, bahkan melarang perdagangan di pasar over-the-counter (OTC).
  • Menggunakan kekuatan darurat jika Trump mengeluarkan perintah eksekutif.
  • Melarang struktur VIE secara total melalui aturan SEC yang baru.

Saat ini, perusahaan seperti Luckin Coffee Inc. dan DiDi Global Inc. tetap diperdagangkan di pasar OTC meski telah keluar dari bursa besar setelah skandal dan tekanan regulasi.

 

Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang! 

Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!

Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.

Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.

Stephanus Renaldi
AuthorStephanus Renaldi
Share!
Analysis
Find out the latest Crypto analysis info
Blog
Learn more about crypto
FAQ
Find out the latest Crypto and Stock news
Market
Start exploring and investing in Crypto assets and US Stocks on Reku