Dirty Soda: Tren Baru yang Mengubah Industri Minuman! Saham Minuman Kembali Menarik?!

“Dirty soda” pertama kali muncul di Utah lewat jaringan minuman Swig pada tahun 2010. Minuman ini pada dasarnya adalah soda yang dipadukan dengan sirup rasa, krim, atau bahan tambahan lain seperti buah. Awalnya tren ini hanya populer di kalangan lokal, namun dengan cepat menyebar berkat TikTok dan reality show The Secret Lives of Mormon Wives. Kini, tren tersebut bukan hanya hadir di gerai minuman khusus, tetapi juga masuk ke restoran cepat saji, kafe, hingga rak supermarket. Fenomena ini bahkan membantu membalikkan tren penurunan konsumsi soda di Amerika Serikat yang telah berlangsung selama dua dekade.
Ekspansi Swig dan Efek Domino di Industri
Swig, yang memegang merek dagang “dirty soda,” saat ini memiliki lebih dari 140 lokasi di 16 negara bagian AS. Penjualannya tahun ini naik 8,2%, menandakan antusiasme konsumen yang tinggi. Akuisisi mayoritas saham Swig oleh Larry H. Miller Company pada 2022 juga memperkuat ekspansi mereka. Sukses Swig kemudian diikuti oleh rival seperti Sodalicious, Fiiz, dan Cool Sips, serta oleh coffee chain seperti Dutch Bros. Tidak hanya itu, raksasa makanan cepat saji seperti McDonald’s dan Taco Bell mulai meluncurkan menu dirty soda versi mereka sendiri, menandakan validasi kategori baru ini.
Menurut CEO Swig, Alex Dunn, apa yang mereka lakukan untuk soda serupa dengan apa yang Starbucks lakukan terhadap kopi: mengubah produk sehari-hari menjadi pengalaman gaya hidup. Dengan kata lain, dirty soda bukan hanya soal rasa, tapi juga soal tren dan komunitas.
PepsiCo, Taco Bell, hingga McDonald’s Ikut Meramaikan
Tren ini tidak luput dari perhatian para pemain besar industri minuman. PepsiCo telah memperkenalkan Wild Cherry & Cream dan bersiap meluncurkan dua varian baru tahun depan: Dirty Dew dan Mug Floats Vanilla Howler. Dr Pepper juga merilis Creamy Coconut, yang tercatat sebagai produk soft drink edisi terbatas paling sukses dalam sejarah perusahaan.
Restoran cepat saji pun ikut serta. Taco Bell menghadirkan Dirty Mountain Dew Baja Blast sebagai menu musiman, sementara McDonald’s sedang menguji flavored sodas di lebih dari 500 gerai. TGI Fridays bahkan menawarkan dirty soda yang bisa dicampur alkohol sebagai opsi menu terbatas musim panas lalu. Fenomena ini memperlihatkan daya tarik luas dirty soda, dari anak muda hingga konsumen yang mencari variasi “fun treat” dengan harga terjangkau.
Cek Harga Saham Pepsi Disini!
Faktor Pendorong Popularitas
Ada beberapa alasan mengapa dirty soda booming:
- Kustomisasi Mudah – Berbeda dengan kopi yang membutuhkan keahlian barista, menambahkan sirup atau creamer ke soda sangat mudah dilakukan.
- Daya Tarik Visual – Warna-warna cerah dari minuman ini cocok untuk media sosial, terutama TikTok.
- Kandungan Kafein Rendah – Dirty soda bisa diminum kapan saja tanpa efek samping berlebihan seperti kopi.
- Harga Terjangkau – Konsumen bisa menikmati pengalaman “premium” tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Menurut laporan Circana, dirty soda menjadi “affordable fun treat” yang mampu menarik konsumen bahkan di tengah tekanan ekonomi. Hal ini penting karena industri minuman selama bertahun-tahun menghadapi penurunan konsumsi soda akibat isu kesehatan.
Dampak bagi Industri Minuman
Setelah dua dekade penurunan, konsumsi soda di AS mulai menunjukkan pemulihan. Dari puncaknya 15,3 miliar galon pada 2004, angka itu turun ke 11,87 miliar pada 2024. Namun, proyeksi 2025 menunjukkan konsumsi kembali naik ke 11,88 miliar galon, sebagian berkat tren dirty soda dan juga sodas fungsional seperti prebiotic soda.
Bagi perusahaan besar, dirty soda berfungsi sebagai “alat rekrutmen” untuk menarik konsumen muda yang sebelumnya jarang minum soda. Generasi Z, misalnya, dikenal lebih suka mencoba minuman baru setiap bulan. Dengan dirty soda, Pepsi, Dr Pepper, dan merek lain bisa memperluas basis konsumennya sekaligus memperkuat brand equity.
Kesimpulan
Dirty soda adalah bukti bahwa inovasi sederhana dapat merevolusi kategori yang stagnan. Apa yang dimulai sebagai tren lokal kini menjadi strategi besar yang diadopsi oleh raksasa global. Dengan masuknya pemain seperti PepsiCo, McDonald’s, dan Taco Bell, fenomena ini kemungkinan besar akan terus berkembang, bahkan mungkin melahirkan subkategori baru dalam industri minuman.
Pada akhirnya, dirty soda bukan hanya soal rasa manis soda yang dicampur krim, melainkan juga soal bagaimana konsumen mencari pengalaman baru yang menyenangkan, mudah diakses, dan terjangkau. Untuk industri yang selama ini mengalami tekanan, tren ini bisa menjadi resep segar yang membalikkan arah penurunan dan mengembalikan soda ke puncak popularitasnya.
.
.
.
.
.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.