Konflik Israel-Iran: Dampak Ekonomi Global dan Reaksi Pasar Saham AS

Konflik bersenjata yang memanas antara Israel dan Iran tidak hanya mengancam stabilitas politik di Timur Tengah, tetapi juga menimbulkan risiko besar bagi ekonomi global. Ketika dua kekuatan militer terbesar di kawasan tersebut saling meluncurkan serangan udara dan rudal, kekhawatiran pun meningkat: apakah kita sedang menyaksikan awal dari perang skala penuh yang dapat mengguncang pasar global?
Pada hari Jumat, pasar saham global bereaksi negatif terhadap serangan mendadak Israel terhadap sejumlah target strategis Iran, termasuk fasilitas nuklir dan sektor energi. Meski kondisi pasar sempat stabil dalam beberapa hari setelahnya, potensi eskalasi tetap membayangi.
Harga Minyak: Lonjakan yang Tak Terhindarkan
Minyak mentah Brent, acuan global untuk harga minyak, melonjak hingga $74.60 per barel pada hari Senin, naik hampir 7% dari level sebelum konflik pecah. Penyebab utamanya adalah kekhawatiran atas kemungkinan terganggunya pasokan minyak melalui Selat Hormuz—jalur laut strategis yang dilalui oleh sekitar sepertiga minyak dunia.
Iran dilaporkan tengah mempertimbangkan penutupan Selat Hormuz sebagai respons terhadap serangan Israel. Jika skenario ini terjadi, menurut Goldman Sachs, harga minyak bisa melonjak di atas $100 per barel. Meski dalam Perang Iran-Irak tahun 1980-an Hormuz tidak pernah sepenuhnya ditutup, ketegangan kali ini berpotensi membawa gangguan yang lebih besar.
Dampak Inflasi dan Kebijakan Moneter Global
Kenaikan harga energi akan langsung memicu tekanan inflasi, terutama di negara-negara pengimpor minyak. Biaya produksi untuk barang-barang seperti makanan, bahan kimia, dan tekstil pun akan meningkat.
Bank sentral dari negara-negara G7, yang sebelumnya berada dalam siklus pemotongan suku bunga, kini menghadapi dilema. Mereka harus memilih antara mendukung pertumbuhan ekonomi atau melawan lonjakan inflasi. The Bank of England sudah memangkas suku bunga menjadi 4,25%, namun Federal Reserve AS masih menahan diri, apalagi dengan tambahan tekanan dari tarif baru yang diberlakukan Presiden Trump.
Reaksi Pasar Saham: Siapa Diuntungkan, Siapa Tertekan?
1. Sektor Energi dan Pertahanan: Naik
- Saham perusahaan minyak seperti BP dan Shell masing-masing naik hampir 2% dan 1%.
- Perusahaan pertahanan seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan RTX (Raytheon Technologies) mencatatkan kenaikan signifikan karena ekspektasi peningkatan belanja militer.
- Harga emas naik 1% mendekati $3,500 per ons, mencerminkan peralihan investor ke aset aman (safe haven).
2. Sektor Retail dan Konsumen: Tertekan
- Ketidakpastian geopolitik membuat konsumen menahan belanja. Sektor ritel seperti Walmart dan Target kemungkinan akan mengalami pelemahan jangka pendek karena tekanan pada margin dan perubahan pola konsumsi.
- Biaya transportasi dan logistik juga bisa naik, mempersempit margin keuntungan pengecer.
3. Sektor Teknologi: Netral hingga Negatif
- Walaupun dampaknya belum terasa langsung, lonjakan biaya energi dan pelemahan daya beli bisa berdampak buruk pada permintaan produk teknologi dan layanan digital.
- Perusahaan dengan eksposur global atau operasi manufaktur di Asia Timur perlu memantau dengan cermat gangguan pada rute penerbangan dan rantai pasok.
4. Sektor Transportasi dan Penerbangan: Terguncang
- Maskapai seperti Emirates, Etihad, dan Qatar Airways menangguhkan sejumlah rute ke Iran, Irak, Suriah, dan Lebanon.
- Penutupan wilayah udara di Irak, Yordania, dan sebagian Iran mengganggu koridor penerbangan internasional dari Asia ke Eropa.
Apa yang Bisa Terjadi Selanjutnya?
Meskipun investor saat ini menilai konflik masih terkendali—karena Iran belum menyerang aset militer AS secara langsung—kemungkinan eskalasi tetap ada. Jika Iran memutuskan untuk menyerang kepentingan AS di kawasan atau benar-benar menutup Selat Hormuz, maka tekanan pada pasar saham bisa meningkat secara drastis.
Dalam jangka pendek, investor cenderung memilih sektor-sektor yang tahan terhadap ketegangan geopolitik, seperti energi, pertahanan, dan logam mulia. Sektor konsumsi, ritel, dan teknologi kemungkinan akan tertinggal.
Kesimpulan: Krisis yang Menjadi Ujian Keseimbangan Global
Konflik antara Israel dan Iran bukan sekadar pertarungan militer, tapi juga ujian bagi stabilitas ekonomi global. Minyak, inflasi, pasar saham, hingga jalur penerbangan—semuanya terlibat dalam pusaran ketidakpastian.
Bagi investor, penting untuk menjaga diversifikasi portofolio dan mempertimbangkan rotasi sektor menuju energi, pertahanan, dan safe haven assets. Sementara itu, bank sentral dunia akan terus berada dalam dilema antara menstimulasi pertumbuhan atau menjaga stabilitas harga.
Satu hal yang pasti: dalam dunia global yang saling terhubung, konflik regional bisa menjadi pemicu guncangan ekonomi dunia. Dan kali ini, semuanya bergantung pada seberapa jauh Israel dan Iran bersedia melangkah.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.