Bagaimana Cara Staking Ethereum, dan Apa Keuntungannya?

Kalau kamu sudah mulai mengenal dunia aset kripto, nama Ethereum pasti sudah nggak asing lagi. Tapi, tahukah kamu kalau Ethereum bisa digunakan untuk menghasilkan pendapatan pasif? Caranya adalah dengan staking. Nah, artikel ini akan membahas cara staking Ethereum secara lengkap, cocok banget buat kamu yang ingin mendapatkan imbal hasil dari aset yang sudah dimiliki.
Apa Itu Staking Ethereum?
Staking adalah proses mengunci sejumlah aset kripto dalam jaringan blockchain untuk membantu mengamankan jaringan dan memvalidasi transaksi. Sebagai imbalannya, kamu akan mendapatkan reward atau bunga. Dalam kasus Ethereum, staking dilakukan sejak jaringan Ethereum beralih ke model konsensus Proof of Stake (PoS) pada pembaruan Ethereum 2.0.
Dengan staking, kamu nggak cuma menyimpan aset, tapi juga ikut berkontribusi pada keamanan jaringan Ethereum dan memperoleh penghasilan pasif dari situ. Maka dari itu, mengetahui cara staking Ethereum jadi langkah awal yang penting.
Keuntungan Melakukan Staking Ethereum
Sebelum masuk ke langkah-langkah teknis, kamu perlu tahu dulu kenapa staking Ethereum layak dipertimbangkan:
1. Pendapatan Pasif
Kamu bisa dapat imbal hasil hingga 4–5% per tahun, tergantung jumlah yang distake dan kondisi jaringan.
2. Mendukung Jaringan
Dengan staking, kamu turut menjaga keamanan dan efisiensi jaringan Ethereum.
3. Lebih Ramah Lingkungan
Berbeda dari mining yang butuh banyak energi, staking lebih efisien secara energi karena tidak membutuhkan perangkat keras yang mahal.
Syarat Staking Ethereum
Sebelum praktik, kamu harus tahu dulu syarat-syarat dasar untuk bisa staking Ethereum:
- Minimal 32 ETH kalau kamu ingin menjadi validator penuh di jaringan Ethereum.
- Koneksi internet stabil dan perangkat yang online 24 jam non-stop.
- Alternatif: Pool Staking atau Exchange Staking, buat kamu yang belum punya 32 ETH.
Kalau belum punya 32 ETH, tenang, ada juga metode staking lain yang lebih ramah untuk investor ritel. Yuk bahas satu per satu!
Cara Staking Ethereum Secara Langsung (Full Validator)
Metode ini cocok untuk kamu yang ingin punya kontrol penuh terhadap aset. Tapi tentu saja, kamu harus punya minimal 32 ETH dan kemampuan teknis.
Langkah-langkahnya:
- Persiapkan ETH dan Perangkat
Pastikan kamu punya 32 ETH, koneksi internet stabil, dan perangkat yang bisa online terus. - Gunakan Launchpad Ethereum
Kunjungi launchpad.ethereum.org dan ikuti proses registrasi validator. - Unduh dan Jalankan Node
Jalankan perangkat lunak validator yang diperlukan, lalu mulai proses staking. - Pantau Performa Validator
Setelah aktif, kamu akan mendapatkan imbalan secara berkala. Tapi pastikan performa node kamu tetap optimal agar tidak terkena penalti (slashing).
Cara Staking Ethereum
Kalau kamu belum punya 32 ETH atau nggak mau ribet urus perangkat, kamu bisa coba staking di bursa aset kripto seperti Reku.
1. Unduh dan Instal Aplikasi Reku
Kunjungi Google Play Store atau App Store dan unduh aplikasi Reku. Setelah terinstal, buka aplikasi untuk memulai proses pendaftaran.
2. Daftar dan Verifikasi Akun
Buat akun dengan memasukkan alamat email dan kata sandi. Lakukan verifikasi identitas sesuai petunjuk yang diberikan untuk memastikan keamanan akunmu.
3. Deposit Rupiah ke Akun Reku
Setelah akun terverifikasi, lakukan deposit dalam bentuk Rupiah ke akun Reku-mu. Reku mendukung berbagai metode pembayaran, termasuk transfer bank dan e-wallet.
4. Beli Ethereum (ETH)
Gunakan saldo Rupiah yang telah didepositkan untuk membeli Ethereum (ETH) melalui aplikasi Reku.
5. Akses Menu Staking
Dari beranda aplikasi, masuk ke menu “Staking” yang terletak di atas bagian “Market”.
6. Pilih Ethereum dan Mulai Staking
Di dalam menu staking, pilih Ethereum (ETH) dari daftar aset yang tersedia. Masukkan jumlah ETH yang ingin kamu staking, lalu konfirmasi transaksi untuk memulai staking.
Setelah staking aktif, kamu akan mulai menerima reward harian berdasarkan jumlah ETH yang di-stake. Kamu bisa memantau perkembangan reward langsung melalui aplikasi Reku.
Cara Staking Ethereum via DeFi (Liquid Staking)
Kalau kamu ingin tetap bisa menggunakan ETH yang distake, kamu bisa coba liquid staking via platform DeFi seperti Lido Finance atau Rocket Pool.
Dengan metode ini:
- Kamu menyetor ETH ke platform
- Lalu kamu akan mendapatkan token representatif seperti stETH
- Token ini bisa digunakan untuk DeFi lain seperti farming atau lending
Keuntungannya adalah kamu tetap bisa “menggerakkan” aset kamu meski sedang distake. Tapi tentu saja, risiko platform pihak ketiga juga harus diperhatikan.
Risiko Staking Ethereum yang Perlu Diwaspadai
Meskipun terlihat menarik, tetap ada beberapa risiko yang harus kamu pahami:
- Slashing: Kalau node kamu gagal menjalankan tugasnya, bisa terkena penalti.
- Likuiditas: Beberapa metode staking punya periode penguncian yang cukup lama.
- Risiko Platform: Kalau kamu staking lewat pihak ketiga, pastikan platformnya aman dan terpercaya.
Memahami cara staking Ethereum bukan cuma soal teknis, tapi juga soal bagaimana kamu mengelola risiko dengan bijak. Staking bisa jadi solusi ideal untuk kamu yang ingin mendapat penghasilan pasif dari aset kripto, khususnya Ethereum. Mulai dari staking langsung sebagai validator, melalui exchange, hingga lewat DeFi, semua metode punya kelebihan dan tantangannya masing-masing.
Yang terpenting, pahami dulu cara staking Ethereum yang paling sesuai dengan profil risikomu. Jangan terburu-buru dan pastikan kamu selalu staking di platform yang aman. Kalau dilakukan dengan benar, staking bisa jadi salah satu strategi investasi jangka panjang yang menguntungkan!
Aplikasi Crypto Indonesia untuk Staking dan Trading
Gabung bersama jutaan pengguna lain di Reku, aplikasi crypto Indonesia yang menawarkan fitur staking crypto dan trading yang aman. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi!