Invest
Trade Crypto
Futures
Explore
Wallet
Learning Hub
Regulation & Security
Download Reku Apps
google-icon

Analysis

Analisa Makro
Ringkasan Reku
Update Saham AS
Analisa Saham AS
Update Kripto
Publikasi (Deep Dives)
Analisa Kripto
Stagflasi Jadi Skenario Terbaik untuk Ekonomi AS Di Tengah Tarif Trump!
Analisa Saham AS
Share!

Stagflasi Jadi Skenario Terbaik untuk Ekonomi AS Di Tengah Tarif Trump!

08 April 2025
3 min read
Stagflasi Jadi Skenario Terbaik untuk Ekonomi AS Di Tengah Tarif Trump!

Ketika Presiden Donald Trump kembali mendorong kebijakan tarif impor secara besar-besaran, pasar tampaknya belum sepenuhnya memahami seberapa besar kerusakan yang dapat ditimbulkan. Saat ini, pertanyaannya bukan lagi apakah ekonomi AS akan terdampak, melainkan seberapa parah dampaknya.

Tarif baru ini luar biasa dalam skala, cakupan, dan kurangnya presisi. Rata-rata tarif berbobot diperkirakan melonjak menjadi lebih dari 25% dari nilai impor tahun ini, dibandingkan dengan kurang dari 3% sebelumnya. Itu berarti kenaikan lebih dari 10 kali lipat dibandingkan masa jabatan pertama Trump.

Dampak: Kombinasi Inflasi Tinggi dan Perlambatan Ekonomi

Selama enam bulan ke depan, inflasi tahunan bisa mendekati 5%. Hal ini disebabkan lonjakan harga barang impor serta produsen domestik yang memanfaatkan penghapusan kompetisi global untuk menaikkan harga. Sementara itu, permintaan akan menurun: investasi bisnis akan tertunda karena ketidakpastian mengenai durasi dan cakupan tarif, serta potensi aksi balasan dari negara lain. Konsumen juga akan mengurangi belanja mereka akibat “kenaikan pajak” tak langsung yang nilainya bisa mencapai $600 miliar.

Bahkan jika Kongres memberikan pemotongan pajak sebagai kompensasi, dampaknya tetap tidak langsung. Keluarga berpenghasilan rendah hingga menengah—yang cenderung membelanjakan lebih banyak dari pendapatannya—akan lebih terpukul oleh tarif ketimbang terbantu oleh insentif pajak.

Lebih parah lagi, kemampuan ekonomi untuk tumbuh akan terhambat. Deportasi dan penurunan tajam imigrasi akan mengurangi pasokan tenaga kerja. Sementara itu, pertumbuhan produktivitas kemungkinan melambat. Akibatnya, tingkat pertumbuhan riil jangka panjang AS bisa turun ke 1% dari 2,5%–3% tahun lalu.

Singkatnya, stagflasi—yakni stagnasi ekonomi yang disertai inflasi—adalah skenario paling optimistis. Skenario terburuk? Resesi penuh dengan inflasi tinggi.

Skenario Alternatif: Jika Pasar Saham Ambruk, Justru Bisa Meredakan Inflasi

Namun ada satu kemungkinan menarik: bila pasar saham benar-benar jatuh, justru bisa muncul efek penyeimbang. Mengapa?

Sekitar 78% populasi AS adalah orang dewasa, dan dari jumlah tersebut, 62% memiliki investasi di pasar saham. Ini berarti sekitar 160 juta orang di AS—mayoritas orang dewasa—terpapar langsung oleh fluktuasi harga saham.

Jika pasar ambruk:

  • Mereka akan merasa lebih miskin (negative wealth effect) 
  • Konsumsi rumah tangga akan melambat signifikan 
  • Perusahaan akan menunda ekspansi dan menekan biaya 
  • Permintaan agregat menurun sehingga tekanan inflasi pun mulai reda 

Ini menciptakan skenario dimana inflasi turun bukan karena kebijakan Fed, tetapi karena sentimen pasar yang memburuk. Dan saat inflasi mulai melandai secara alami akibat lemahnya pengeluaran, The Fed punya alasan untuk mulai menurunkan suku bunga.

The Fed Masih Harus Berhati-hati

Meski begitu, The Fed tetap harus waspada. Jika mereka terlalu cepat melonggarkan kebijakan dan ekspektasi inflasi belum terkendali, bisa muncul tekanan baru yang memicu siklus inflasi ulang. Seperti era 1970-an, ketika dibutuhkan kebijakan suku bunga hampir 20% untuk menekan inflasi secara permanen.

Namun, bila koreksi pasar cukup dalam, dan ekspektasi inflasi tidak meningkat, maka jalan bagi pelonggaran moneter bisa terbuka tanpa mengorbankan kredibilitas bank sentral.

Risiko Ganda untuk Pasar

Kombinasi pertumbuhan lambat, inflasi tinggi, dan Fed yang cenderung berhati-hati adalah tantangan besar bagi investor:

  • Jika perusahaan menaikkan harga, inflasi makin tinggi, The Fed makin agresif 
  • Jika mereka tahan harga, margin tertekan, laba menurun 
  • Jika pasar rontok, tekanan konsumsi meningkat, risiko resesi naik 

Di pasar obligasi, ekspektasi pemangkasan suku bunga hanya akan jadi kenyataan bila ekonomi benar-benar jatuh ke jurang resesi. Berbeda dengan tahun 2019, ruang manuver Fed kini jauh lebih terbatas.

Kesimpulan

Stagflasi memang terlihat sebagai skenario dasar paling masuk akal saat ini. Namun secara paradoks, kehancuran pasar saham bisa menjadi jalan keluar dari inflasi tinggi. Pasar finansial dan ekonomi riil kini terikat sangat erat, dan reaksi berantai dari sentimen investor bisa jadi kunci ke mana arah ekonomi AS selanjutnya.

 

Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang! 

Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!

Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.

Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.

Stephanus Renaldi
AuthorStephanus Renaldi
Share!
Analysis
Find out the latest Crypto analysis info
Blog
Learn more about crypto
FAQ
Find out the latest Crypto and Stock news
Market
Start exploring and investing in Crypto assets and US Stocks on Reku