Trump Tak Bisa Menurunkan Bunga Meski Powell Diganti

Presiden Donald Trump kembali melancarkan kritik terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell, setelah bank sentral menolak menurunkan suku bunga. Namun, tekanan suku bunga tinggi yang saat ini dihadapi ekonomi AS jauh lebih dalam daripada sekadar keputusan The Fed atau siapa yang memimpinnya.
Lebih dari Sekadar Powell: Struktur Ekonomi Sedang Bergeser
Selama lebih dari 30 tahun, biaya pinjaman di AS terus turun, didorong oleh surplus tabungan global dan melemahnya permintaan investasi. Namun kini, arah angin telah berubah. Bloomberg Economics memperkirakan bahwa tingkat bunga jangka panjang — seperti imbal hasil obligasi 10 tahun — bisa bertahan di kisaran 4,5% hingga 5%, atau bahkan lebih tinggi. Ini bukan karena Powell enggan memangkas suku bunga, tapi karena kekuatan struktural yang mengubah wajah ekonomi global.
Tiga kekuatan utama berada di balik tren suku bunga naik:
Lonjakan Utang Global: Pemerintah dan korporasi menumpuk utang untuk membiayai pemotongan pajak, belanja militer, dan investasi AI.
Demografi: Generasi Baby Boom mulai pensiun dan menghabiskan tabungan, mengurangi pasokan dana di pasar global.
Dek Globalisasi: China tidak lagi membeli obligasi AS dalam jumlah besar, sementara negara-negara kaya minyak kini memilih membelanjakan uangnya untuk proyek domestik seperti NEOM, bukan membeli Treasury AS.
Dunia Baru: 4,5% Bisa Jadi Normal Baru
Jika dulu dunia terbiasa dengan imbal hasil obligasi 10 tahun di bawah 2%, kini 4,5% bisa jadi level normal baru. Dan menurut Bloomberg, angka ini lebih mungkin naik daripada turun di masa depan.
Sementara Trump ingin menurunkan bunga, fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya. Bahkan jika ia berhasil menunjuk pengganti Powell yang loyal terhadap suku bunga rendah, itu hanya akan berdampak pada suku bunga jangka pendek. Tanpa kepercayaan pasar terhadap independensi The Fed, investor bisa kabur dan suku bunga jangka panjang justru naik lebih tinggi.
Dari Dunia Suku Bunga Rendah Menuju Dunia Biaya Pinjaman Tinggi
Tingkat bunga alami — yaitu tingkat bunga yang menyeimbangkan tabungan dan investasi, sambil menjaga inflasi tetap rendah — pernah jatuh dari 5% pada awal 1980-an menjadi sekitar 1,7% pada 2012. Tapi sekarang, Bloomberg memperkirakan tingkat ini naik menjadi 2,5% pada 2024 dan akan menyentuh 2,8% pada 2030.
Pendorong tren ini:
- Tabungan Global Menyusut: Baby Boomers berhenti menabung. China dan negara kaya minyak tidak lagi membeli utang AS dalam jumlah besar.
- Belanja Pemerintah Naik: NATO menaikkan target belanja militer ke 3,5% PDB, menambah tekanan utang.
- Geopolitik dan Risiko Keamanan Aset: Setelah AS membekukan $300 miliar aset Rusia, negara lain jadi ragu menjadikan obligasi AS sebagai aset cadangan.
Apa Artinya Bagi Pasar dan Kebijakan?
Tren naiknya tingkat bunga alami bukan sekadar tantangan teknis. Ini berarti:
- Biaya pinjaman akan lebih mahal bagi rumah tangga dan korporasi.
- Pemerintah akan menghabiskan lebih banyak untuk membayar bunga utang — bahkan bisa melampaui belanja pertahanan.
- Nilai investasi, termasuk saham dan real estate, bisa terdampak karena tingkat diskonto lebih tinggi.
Trump, yang terus mendesak agar Powell dipecat dan diganti dengan sosok pro-suku bunga rendah, sebenarnya menghadapi musuh yang lebih besar: realitas ekonomi global yang berubah. Jika ia merusak independensi The Fed demi penurunan suku bunga jangka pendek, ia justru berisiko menaikkan suku bunga jangka panjang.
Reku Takeaway:
Meskipun suku bunga jangka pendek dapat dikendalikan oleh The Fed, suku bunga jangka panjang — yang mempengaruhi pasar hipotek, obligasi, dan pinjaman korporasi — lebih dipengaruhi oleh tren global seperti utang, demografi, dan geopolitik. Upaya Trump untuk menurunkan bunga dengan mengganti Powell hanyalah solusi permukaan untuk masalah yang jauh lebih dalam. Dunia sedang bergerak menuju era suku bunga tinggi — dan itu mungkin menjadi kondisi permanen dalam dekade mendatang.
Yuk Mulai Investasi di Saham AS Sekarang!
Sekarang kamu bisa beli saham AS dari perusahaan ternama seperti NVIDIA, Intel, AMD, Google, Apple, hingga Unilever di Reku. Download aplikasi Reku sekarang dan mulai berinvestasi di aset global!
Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto dan saham AS apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto dan saham AS.
Dengan melakukan perdagangan aset kripto dan saham AS berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto dan saham AS. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto dan saham AS sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.