Halving adalah peristiwa yang terjadi dalam jaringan blockchain, terutama di sistem mata uang kripto seperti Bitcoin, di mana reward atau imbalan yang diterima oleh penambang (miners) setelah berhasil memvalidasi transaksi dan menambahkannya ke blockchain berkurang setengah. Halving ini dirancang untuk mengurangi laju penerbitan mata uang baru dan berfungsi sebagai mekanisme deflasi dalam mata uang kripto, menjaga jumlah total yang beredar tetap terkendali.
Baca juga: Apa itu Bitcoin Mining, Cara Kerja dan Manfaatnya di Dunia Kripto
Halving terjadi setelah sejumlah blok tertentu berhasil ditambang. Di Bitcoin, peristiwa ini terjadi setiap 210.000 blok atau sekitar setiap empat tahun. Pada awalnya, penambang menerima 50 Bitcoin sebagai imbalan untuk setiap blok yang mereka tambang. Namun, setelah halving pertama, imbalan tersebut berkurang menjadi 25 Bitcoin, kemudian 12,5 Bitcoin pada halving berikutnya, dan sekarang menjadi 6,25 Bitcoin setelah halving terbaru pada 2020. Proses ini akan terus berlanjut hingga semua Bitcoin ditambang.
Halving memiliki dampak signifikan terhadap pasar kripto karena mengurangi laju produksi mata uang baru, yang bisa memengaruhi harga. Dengan penawaran yang berkurang, permintaan yang tetap atau meningkat bisa menyebabkan kenaikan harga Bitcoin. Ini juga menciptakan tekanan bagi para penambang karena mereka mendapatkan lebih sedikit Bitcoin untuk jumlah usaha yang sama. Untuk tetap menguntungkan, mereka harus bergantung pada kenaikan harga Bitcoin atau peningkatan efisiensi dalam proses penambangan.
Secara historis, setiap halving diikuti oleh kenaikan harga Bitcoin, meskipun peningkatan harga ini biasanya terjadi beberapa bulan setelah peristiwa halving. Salah satu alasan utama untuk ini adalah bahwa pasokan Bitcoin baru yang lebih lambat meningkatkan kelangkaan, sementara permintaan sering tetap kuat atau meningkat seiring dengan popularitas dan adopsi Bitcoin sebagai aset.
Pada halving pertama pada 2012, harga Bitcoin melonjak dari sekitar $12 menjadi lebih dari $1.000 pada 2013. Halving kedua pada 2016 juga menyebabkan lonjakan harga, dengan Bitcoin mencapai hampir $20.000 pada akhir 2017. Meskipun ada volatilitas di pasar, halving tetap menjadi peristiwa yang dinantikan oleh banyak investor karena potensi dampaknya terhadap harga.
Bagi penambang, halving berarti imbalan yang mereka terima berkurang setengah, tetapi biaya penambangan seperti listrik dan perangkat keras tetap sama. Ini bisa membuat penambangan kurang menguntungkan, terutama bagi penambang kecil. Untuk tetap kompetitif, penambang perlu meningkatkan efisiensi atau bergantung pada kenaikan harga Bitcoin untuk menutup biaya operasional mereka.
Jika harga Bitcoin tidak meningkat setelah halving, beberapa penambang mungkin harus menghentikan operasinya karena tidak lagi menguntungkan. Namun, jika harga Bitcoin naik secara signifikan, penambang dapat terus beroperasi dengan profitabilitas meskipun reward bloknya berkurang.
Meskipun Bitcoin adalah yang paling dikenal dengan mekanisme halving, beberapa mata uang kripto lainnya juga menerapkan konsep serupa. Litecoin, misalnya, mengalami halving setiap 840.000 blok, dan reward blok Litecoin saat ini adalah 12,5 LTC setelah halving pada 2019. Mata uang kripto lain juga menggunakan halving atau variasi mekanisme serupa untuk mengatur pasokan mata uang mereka.
Halving adalah salah satu mekanisme fundamental dalam desain mata uang kripto yang mendorong kelangkaan dan bisa mempengaruhi dinamika pasar kripto dalam jangka panjang.
Kalau kamu mulai masuk ke dunia investasi, terutama di aset digital atau produk keuangan berbasis bunga, kamu pasti pernah melihat istilah APY. Meski sering muncul, banyak orang masih bingung sebenarnya apa itu APY, dan bagaimana cara kerjanya. Dalam artikel ini, kita akan bahas secara tuntas dan
Di balik pesatnya perkembangan aset digital, ada satu teknologi yang menjadi tulang punggung inovasi di industri ini: smart contract. Meski istilah ini sering terdengar, belum banyak orang yang benar-benar memahami apa sebenarnya smart contract dan bagaimana fungsinya. Apa Itu Smart Contract? Sec
Ethereum Improvement Proposal (EIP) adalah dokumen teknis yang menjelaskan standar baru atau pembaruan untuk blockchain Ethereum. EIP digunakan untuk mengusulkan perubahan, baik untuk aspek teknis yang berkaitan dengan protokol Ethereum, maupun bagi standar kontrak pintar (smart contract) dan API
Hard fork adalah perubahan signifikan pada protokol blockchain yang membuat versi baru dari blockchain tersebut tidak kompatibel dengan versi sebelumnya. Ketika hard fork terjadi, rantai blockchain terpecah menjadi dua jalur yang berbeda, di mana satu jalur mengikuti aturan protokol lama, sementa
Margin trading adalah metode trading di mana investor meminjam dana dari platform atau broker untuk memperbesar daya beli aset yang ingin ditransaksikan.