Invest
Trade Crypto
Futures
Explore
Wallet
Learning Hub
Regulation & Security
Download Reku Apps
google-icon

Analysis

Ringkasan Reku
Update Saham AS
Analisa Saham AS
Update Kripto
Publikasi (Deep Dives)
Analisa Kripto
Analisa Makro
BTC Anjlok, Apakah Waktunya Beli?
Analisa Kripto
Share!

BTC Anjlok, Apakah Waktunya Beli?

25 November 2025
4 min read
BTC Anjlok, Apakah Waktunya Beli?

Pasar kripto kembali bergolak. Bitcoin (BTC), raja aset digital, baru saja mengalami penurunan tajam yang menghapus hampir semua keuntungan tahunannya. Dari puncak rekor di atas $126.000 pada awal Oktober, harga BTC kini merosot ke kisaran $88.000-an, menandai kerugian sekitar 30% dalam waktu kurang dari dua bulan. Total kapitalisasi pasar kripto pun tergerus lebih dari $1 triliun, memicu kekhawatiran akan “bear market” yang lebih dalam. Tapi di tengah kepanikan ini, muncul pertanyaan besar: Apakah penurunan ini justru peluang emas untuk membeli?

Artikel ini akan mengupas kondisi pasar terkini, faktor pendorong anjloknya BTC, serta prospek ke depan. Kami juga akan membahas strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) sebagai rekomendasi praktis untuk investor ritel yang ingin memanfaatkan volatilitas tanpa terjebak emosi.

Kondisi Pasar Saat Ini, Dari Euforia ke Kepanikan

Pada 25 November 2025, harga Bitcoin berada di sekitar $88.343 USD, naik tipis 1,4% dalam 24 jam terakhir setelah sentuhan terendah di bawah $82.000 pekan lalu. Meski demikian, ini masih jauh dari level psikologis $100.000 yang sempat menjadi “support” kuat. Volume perdagangan harian mencapai $77 miliar, menunjukkan aktivitas tinggi di tengah ketidakpastian.

Secara keseluruhan, pasar kripto menunjukkan sentimen bearish. Indeks Fear & Greed berada di level 10 (Extreme Fear), yang terendah sejak Februari lalu. ETF Bitcoin spot di AS mencatat outflow bersih $5 miliar sejak Oktober, dengan BlackRock’s IBIT dan Grayscale’s GBTC kehilangan miliaran dolar. Altcoin seperti Ethereum (ETH) juga ikut terpuruk, turun di bawah $3.000, sementara total market cap kripto kini di $3,06 triliun—naik 1,4% hari ini tapi masih merah di timeframe mingguan.

Penurunan ini bukan sekadar koreksi biasa. Analis dari Deutsche Bank menyebutnya sebagai “inflection point” di mana katalis positif 2025 (seperti kebijakan pro-kripto Trump) sudah terharga, sementara ketidakpastian makro mendominasi. Korelasi BTC dengan Nasdaq naik ke 46%, menjadikannya aset “high-growth tech” yang rentan terhadap risk-off sentiment.

Faktor Pendorong Anjloknya Bitcoin

Beberapa pemicu utama berkontribusi pada penurunan ini:

  1. Sentimen Risk-Off dan Kebijakan Fed yang Hawkish: Investor global beralih ke aset aman di tengah kekhawatiran resesi. Federal Reserve menunda pemotongan suku bunga, dengan peluang rate cut Desember turun ke 40% dari 90% awal November. Ini memukul aset berisiko seperti kripto, mirip dengan penurunan saham tech.
  2. Outflow Institusional dan Profit-Taking: Long-term holder (LTH) menjual $43 miliar BTC sejak Oktober, termasuk dump besar dari whale seperti Owen Gunden ($200 juta dalam seminggu). ETF mengalami outflow $3,5 miliar di November, yang terburuk sejak Februari. Ini menciptakan efek domino, di mana likuidasi leveraged position mempercepat penurunan.
  3. Faktor Teknis dan Psikologis: BTC pecah support $100.000, memicu panic selling dari short-term holder (148.000 BTC dijual di bawah cost basis $96.000). RSI menunjukkan overbought sebelumnya, dan kini BTC di bawah 50-week moving average—sinyal bearish klasik.
  4. Isu Eksternal: Perang dagang Trump-China yang direvitalisasi, insiden keamanan DeFi (rugi ratusan juta), dan bahkan “software glitch” yang disebut-sebut oleh analis seperti Tom Lee, menambah tekanan. Beberapa pakar bahkan memprediksi BTC bisa jatuh ke $50.000 di 2026 jika tren berlanjut.

Apakah Ini Waktu yang Tepat untuk Beli Bitcoin?

Tentu saja, “buy the dip” adalah mantra klasik di kripto, tapi timing-nya krusial. Dari sisi bearish, analis seperti Mike McGlone dari Bloomberg memperingatkan penurunan 40% lagi ke $50.000, didorong oleh kurangnya inflow institusional dan regulasi CLARITY Act yang mandek. Korelasi tinggi dengan saham tech juga berisiko jika gelembung AI pecah.

Namun, ada alasan kuat untuk optimisme jangka panjang:

  • Sejarah Rebound: BTC selalu pulih dari bear market. Dari crash 2022, ia naik 300%+ di 2023-2024. Michael Saylor dari MicroStrategy tetap “indestructible,” menekankan BTC sebagai store of value.
  • Adopsi Institusional Berkelanjutan: Meski outflow sementara, perusahaan seperti MicroStrategy terus akumulasi. ETF baru untuk XRP dan Dogecoin disetujui SEC, dan prediksi akhir November menunjukkan BTC bisa rebound ke $90.000-$95.000 jika Fed dovish.
  • Faktor Fundamental: Halving 2024 masih mendorong kelangkaan, dan adopsi global (seperti di UAE dan Asia) terus naik. Jika stabil, BTC bisa capai $112.000-$118.000 akhir November, menurut model CoinDCX.

Singkatnya Ya, ini bisa jadi waktu beli jika horizon Anda jangka panjang. Tapi hindari FOMO; volatilitas tetap tinggi.

Rekomendasi, Terapkan Strategi DCA untuk Mengatasi Volatilitas

Di tengah ketidakpastian ini, strategi terbaik bukan all-in sekaligus, melainkan Dollar-Cost Averaging (DCA). DCA melibatkan pembelian aset secara rutin (misalnya bulanan) dengan jumlah tetap, terlepas dari harga. Ini mengurangi risiko timing market dan rata-rata biaya beli Anda seiring waktu.

Mengapa DCA Cocok Sekarang?

  • Mitigasi Volatilitas: Dengan BTC fluktuatif, DCA memungkinkan Anda beli lebih banyak saat murah (seperti sekarang di $88.000) dan lebih sedikit saat mahal.
  • Psikologi yang Sehat: Hindari keputusan emosional; otomatisasi investasi membangun disiplin.
  • Historis Terbukti: Investor DCA di BTC sejak 2022 untung 150%+ hingga puncak 2025, menurut data Bitwise.

Cara Terapkan DCA untuk BTC:

  1. Tentukan Jumlah dan Frekuensi: Mulai dengan Rp1-5 juta per bulan (atau setara $100-500 USD), tergantung budget. Frekuensi: mingguan atau bulanan via exchange seperti Binance atau Indodax.
  2. Pilih Platform Aman: Gunakan wallet non-custodial untuk simpanan jangka panjang. Aktifkan 2FA dan hindari leverage.
  3. Atur Target Jangka Panjang: Bidik 1-3 tahun, dengan target return 50-100% berdasarkan siklus halving.
  4. Monitor, Tapi Jangan Overtrade: Review portofolio triwulanan, tapi stick to plan. Diversifikasi 10-20% ke ETH atau stablecoin jika ragu.

Cek Harga BTC Hari Ini!

Disclaimer: Analisa market ini adalah hal yang bersifat informasional. Ini bukan merupakan tawaran untuk menjual atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto apa pun di PT Rekeningku Dotcom Indonesia, perusahaan yang dibatasi oleh pihak atau entitas lain yang diorganisir, dikendalikan, atau dikelola oleh Reku, dan oleh karena itu tidak dapat diandalkan penuh sehubungan dengan pembelian atau penjualan aset kripto.

Dengan melakukan perdagangan aset kripto berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Perubahan harga aset kripto sangat fluktuatif. Diharapkan menggunakan analisa cermat sebelum melakukan aktivitas membeli atau menjual aset kripto. Kami tidak memaksa nasabah untuk melakukan jual-beli aset kripto sebagai investasi atau mencari keuntungan, yang berarti semua aktivitas perdagangan merupakan keputusan individu dari pengguna.

Andri Fauzan
AuthorAndri Fauzan
Share!
Related Articles
    Bitcoin Anjlok 31%, Prediksi Bull Market Meleset
  1. Bitcoin Anjlok 31%, Prediksi Bull Market Meleset
  2. 23 November 2025
    1 min read
    Analisa Kripto
    Altcoin Season Mendekat? Tanda-Tanda Pembalikan Siklus Kripto
  3. Altcoin Season Mendekat? Tanda-Tanda Pembalikan Siklus Kripto
  4. 21 November 2025
    1 min read
    Analisa Kripto
Analysis
Find out the latest Crypto analysis info
Blog
Learn more about crypto
FAQ
Find out the latest Crypto and Stock news
Market
Start exploring and investing in Crypto assets and US Stocks on Reku