Investasi
Trade Kripto
Jelajah
Wallet
Learning Hub
Keamanan & Regulasi
Unduh Aplikasi Reku
google-icon

Reku Kampus

Hard Fork
Bagikan!
Bagikan!

Hard fork adalah perubahan signifikan pada protokol blockchain yang membuat versi baru dari blockchain tersebut tidak kompatibel dengan versi sebelumnya. Ketika hard fork terjadi, rantai blockchain terpecah menjadi dua jalur yang berbeda, di mana satu jalur mengikuti aturan protokol lama, sementara jalur lainnya mengikuti aturan protokol baru. Dalam dunia kripto, hard fork sering dilakukan untuk memperbaiki bug kritis, menambah fitur baru, atau mengubah aturan dalam sistem blockchain.

 

Baca juga: Mengenal Apa itu Litecoin dan Apa Kelebihannya?

 

Cara Kerja Hard Fork

Proses hard fork terjadi ketika komunitas pengembang, miner, dan pengguna setuju untuk melakukan perubahan besar pada protokol blockchain. Hal ini merupakan perubahan yang tidak kompatibel dengan versi sebelumnya, sehingga semua node atau pengguna jaringan harus memperbarui perangkat lunak mereka agar dapat terus menggunakan versi baru dari blockchain. Jika sebagian besar komunitas setuju untuk memperbarui, maka rantai lama mungkin ditinggalkan. Namun, jika sebagian besar komunitas memutuskan untuk tetap menggunakan versi lama, blockchain akan terbagi menjadi dua, menghasilkan dua koin yang terpisah dan berjalan pada dua rantai blockchain yang berbeda.

 

Contoh Hard Fork Terkenal

Salah satu contoh hard fork yang paling terkenal adalah yang terjadi pada jaringan Bitcoin dan Ethereum.

  • Bitcoin (BTC) dan Bitcoin Cash (BCH): Pada tahun 2017, Bitcoin mengalami hard fork yang memecah blockchain menjadi dua koin: Bitcoin (BTC) dan Bitcoin Cash (BCH). Perpecahan ini terjadi karena perbedaan pendapat di komunitas Bitcoin mengenai bagaimana mengatasi masalah skalabilitas. Bitcoin Cash diperkenalkan dengan ukuran blok yang lebih besar untuk memungkinkan lebih banyak transaksi diproses per blok.
  • Ethereum (ETH) dan Ethereum Classic (ETC): Pada tahun 2016, Ethereum mengalami hard fork sebagai tanggapan terhadap peretasan DAO (Decentralized Autonomous Organization), di mana sejumlah besar Ether dicuri. Untuk memulihkan dana yang dicuri, komunitas Ethereum memutuskan untuk melakukan hard fork, mengembalikan transaksi yang diretas. Namun, sebagian komunitas tidak setuju dengan keputusan ini dan memilih untuk tetap menggunakan versi lama, yang dikenal sebagai Ethereum Classic (ETC), sementara versi baru dilanjutkan sebagai Ethereum (ETH).

 

Peran Penting Hard Fork

Ada beberapa alasan utama mengapa hard fork dilakukan, termasuk:

  • Keamanan: Kadang-kadang, hard fork dilakukan untuk memperbaiki kerentanan keamanan dalam protokol blockchain yang tidak dapat diselesaikan melalui pembaruan perangkat lunak biasa.
  • Peningkatan Fitur: Hard fork dapat digunakan untuk menambah fitur atau fungsi baru yang signifikan ke blockchain, seperti peningkatan skalabilitas atau efisiensi.
  • Perbedaan Ideologi: Seperti yang terlihat dalam kasus Bitcoin dan Bitcoin Cash, hard fork juga bisa terjadi karena perbedaan visi di dalam komunitas mengenai arah pengembangan blockchain.

 

Dampak Hard Fork Terhadap Pengguna dan Jaringan

Bagi pengguna, hard fork bisa menjadi peluang atau tantangan, tergantung pada bagaimana mereka memegang koin di jaringan tersebut. Ketika terjadi hard fork, pengguna yang memiliki koin pada blockchain asli akan menerima koin pada blockchain baru dengan jumlah yang sama, asalkan mereka mengontrol kunci privat mereka. Ini sering disebut sebagai “airdrop” atau distribusi koin baru.

Namun, hard fork juga bisa menimbulkan ketidakpastian di pasar, terutama jika komunitas terpecah dan tidak ada konsensus yang jelas mengenai blockchain mana yang akan bertahan. Selain itu, hard fork bisa menyebabkan volatilitas harga yang signifikan pada koin-koin yang terlibat, karena trader dan investor bereaksi terhadap perubahan dan spekulasi mengenai masa depan jaringan.