Di dunia investasi, ada banyak istilah yang terdengar teknis tapi punya dampak nyata, dan tapering adalah salah satunya. Ketika istilah ini muncul di berita, banyak investor yang langsung gelisah. Pasar saham bisa goyang, nilai tukar melemah, dan aset seperti kripto bisa ikut tertekan.
Padahal, kalau dipahami dengan baik, tapering adalah bagian dari kebijakan ekonomi yang bisa diprediksi dan disikapi dengan bijak. Jadi, mari bahas apa sebenarnya tapering itu, bagaimana cara kerjanya, dan kenapa penting untuk kamu pahami sebagai investor.
Secara sederhana, tapering adalah proses pengurangan secara bertahap dari program stimulus ekonomi yang dilakukan oleh bank sentral, khususnya Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Biasanya, stimulus ini berbentuk pembelian obligasi pemerintah dalam jumlah besar untuk menyuntikkan likuiditas ke pasar.
Ketika ekonomi mulai membaik dan tidak lagi butuh “bantuan”, The Fed akan mulai mengurangi jumlah pembelian obligasi tersebut. Inilah yang disebut tapering. Proses ini bisa berlangsung selama beberapa bulan atau tahun, tergantung pada kondisi ekonomi.
Setelah krisis ekonomi atau saat terjadi perlambatan, bank sentral akan melakukan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) dengan menyuntikkan dana ke sistem keuangan. Ini bertujuan agar suku bunga tetap rendah dan orang-orang tetap mau meminjam, belanja, dan berinvestasi.
Namun, jika stimulus ini dibiarkan terlalu lama, bisa timbul inflasi. Nah, tapering adalah langkah pencegahan agar ekonomi tidak “overheat” atau terlalu panas akibat terlalu banyak uang beredar. Dengan mengurangi pembelian obligasi, bank sentral secara perlahan menarik kembali uang dari pasar dan mempersiapkan transisi menuju kebijakan moneter yang lebih ketat.
Tapering jelas memiliki hubungan yang besar dengan investasi, Jika tapering diumumkan, ada beberapa hal yang akan mempengaruhi investasi, seperti:
Ketika pasar tahu bahwa stimulus akan dikurangi, banyak investor yang khawatir uang yang selama ini menopang kenaikan harga saham akan berkurang. Ini bisa memicu aksi jual.
Tapering adalah awal dari pengetatan moneter. Setelah itu, biasanya akan disusul oleh kenaikan suku bunga. Bagi peminjam dan sektor properti, ini bisa jadi kabar kurang menyenangkan.
Karena suku bunga naik, dolar jadi lebih menarik. Akibatnya, mata uang negara berkembang bisa tertekan, termasuk rupiah.
Aset seperti saham teknologi atau aset kripto cenderung turun karena investor jadi lebih hati-hati dan beralih ke aset yang lebih aman.
Tapering adalah bukan hal baru. Pada tahun 2013, The Fed mengumumkan tapering pasca-krisis keuangan 2008. Reaksi pasar saat itu cukup dramatis, dikenal sebagai “Taper Tantrum”. Investor panik, obligasi jatuh, dan mata uang negara berkembang melemah drastis.
Namun, kini The Fed lebih hati-hati dalam menyampaikan rencana tapering. Mereka memberi sinyal jauh-jauh hari agar pasar punya waktu untuk bersiap. Ini penting supaya pasar tidak kaget seperti dulu.
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan agar tetap tenang saat mendengar kabar tapering:
Jangan taruh semua investasi di satu tempat. Pastikan kamu punya kombinasi aset yang bisa saling melindungi.
Tapering adalah momen untuk kembali melihat kualitas asetmu. Saham atau instrumen investasi dengan fundamental yang kuat lebih tahan terhadap guncangan pasar.
Saat pasar fluktuatif, punya dana cadangan itu penting. Ini memberi kamu ruang bernapas tanpa harus jual rugi.
Pasar naik-turun itu biasa. Yang penting, kamu tetap pada strategi investasi yang sudah direncanakan.
Bayangkan The Fed selama pandemi membeli obligasi senilai USD 120 miliar per bulan. Lalu, mereka mulai mengurangi pembelian sebesar USD 15 miliar per bulan. Dalam beberapa bulan, pembelian berhenti sama sekali. Setelah itu, suku bunga perlahan dinaikkan. Ini adalah contoh klasik bagaimana tapering dilakukan secara bertahap agar tidak mengejutkan pasar.
Memang, tapering adalah salah satu momen yang paling ditunggu (dan kadang ditakuti) oleh pelaku pasar. Tapi jika dipahami dengan benar, tapering justru menandakan bahwa ekonomi sudah mulai membaik. Tantangannya ada pada cara menyikapi perubahan ini.
Selama kamu memiliki strategi investasi yang solid, disiplin, dan tidak mudah panik, proses tapering seharusnya bisa dilalui dengan baik. Justru ini bisa jadi peluang untuk membeli aset berkualitas saat pasar sedang terkoreksi.
InterPlanetary File System (IPFS) adalah protokol dan jaringan peer-to-peer yang memungkinkan penyimpanan dan berbagi file secara terdesentralisasi. Dibandingkan dengan HTTP yang bergantung pada server terpusat, IPFS menawarkan solusi yang lebih efisien, tahan sensor, dan lebih terdistribusi. Sis
Apa itu Mainnet? Mainnet adalah istilah yang digunakan dalam dunia blockchain dan kripto untuk merujuk pada jaringan utama tempat transaksi sebenarnya terjadi. Ini adalah lingkungan di mana semua aktivitas blockchain, seperti transfer aset, kontrak pintar, dan interaksi antara pengguna, berlangsu
Buy Wall adalah istilah dalam trading kripto yang menggambarkan situasi di mana terdapat sejumlah besar pesanan beli pada harga tertentu di order book. Dalam konteks ini, Buy Wall berfungsi sebagai “dinding” yang mencegah harga aset turun lebih jauh karena adanya minat beli yang signi
Bid-Ask Spread adalah perbedaan antara harga tertinggi yang bersedia dibayar oleh pembeli (bid) dan harga terendah yang diterima oleh penjual (ask). Dalam konteks perdagangan, Bid-Ask Spread mencerminkan selisih antara harga beli dan harga jual suatu aset, yang bisa berupa saham, forex, atau aset
Margin trading adalah metode trading di mana investor meminjam dana dari platform atau broker untuk memperbesar daya beli aset yang ingin ditransaksikan.